Sukses

Kelompok ISIS Kuasai Bekas Pabrik Senjata Kimia

Fasilitas Muthanna di utara kota Baghdad diduduki pemberontak pada tanggal 11 Juni lalu.

Liputan6.com, New York Gerak cepat kelompok militan ISIS/ISIL di Irak memang mencengangkan. Setelah mencaplok beberapa kota di bagian utara Irak dan merampok bank sentral di Mosul, kelompok itu juga telah menduduki bekas pabrik senjata kimia dari era Saddam Hussein.

Pemerintah Irak telah kehilangan kendali atas bekas fasilitas persenjataan kimia yang direbut "kelompok teroris bersenjata" sehingga tidak bisa memenuhi kewajiban internasionalnya untuk memusnahkan racun-racun yang disimpan di sana, demikian disampaikan perwakilan negeri itu untuk PBB, seperti yang dilansir dari Chicago Tribune, Rabu (9/7/2014).

Dalam sepucuk surat kepada Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon yang diungkapkan pada hari Selasa lalu, Duta Besar Mohamed Ali Alhakim mengatakan bahwa fasilitas Muthanna di utara kota Baghdad diduduki pemberontak pada tanggal 11 Juni. Ia mengatakan ada sisa-sisa dari bekas program senjata kimia yang disimpan dalam dua ruangan bunker di sana.

"Manajemen proyek (pelucutan senjata kimia) ini menyaksikan pada subuh 12 Juni lalu melalui kamera pengintaian, adanya perampokan sejumlah peralatan dan perkakas proyek, sebelum para teroris akhirnya menghentikan sistem pengintaian itu," ditulis Alhakim dalam surat tertanggal 30 Juni.

"Pemerintah Irak memohon kepada negara-negara anggota PBB untuk memahami ketidakmampuan Irak saat ini yang disebabkan runtuhnya keadaan keamanan kami, untuk dapat memenuhi kewajiban pemusnahan senjata kimia," katanya.

Irak bermaksud meneruskan kewajibannya ketika keadaan keamanan membaik dan mengambil alih kendali di fasilitas itu, kata Alhakim.

Jurubicara Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS), Laksamana Muda John Kirby mengatakan bulan lalu bahwa sepengetahuan AS, "bahan apapun yang tersimpan di sana sudah usang dan diduga tidak dapat lagi diakses atau digunakan melawan siapapun."

"Kita tidak mengawasi situs ini secara khusus dan menganggapnya sebagai masalah besar pada saat ini," kata Kirby. "Sejujurnya, bahkan jika mereka mendapatkan akses ke bahan-bahan kimia itu, justru itu merupakan ancaman terhadap diri mereka sendiri, bukannya orang lain." (Ein)