Liputan6.com, Gaza City - Situasi di Jalaur Gaza semakin panas. Setelah ditengarai adanya anggota kelompok ISIS (Daulah Islamiyah di Irak dan Suriah) yang ikut melancarkan sejumlah roket, kini ada juga serangan roket dari Lebanon.
Sebuah roket ditembakkan ke wilayah utara Israel dari Lebanon selatan. Pihak angkatan bersenjata Israel membalas dengan tembakan meriam, demikian dikatakan oleh jurubicara Angkatan Bersenjata Israel (IDF) hari Jumat ini.
Baca Juga
Tembak menembak ini terjadi di tengah-tengah berlangsungnya serangan udara atas Gaza terhadap kelompok militan Hamas dan rentetan tembakan roket menghujani Israel dari Jalur Gaza.
Advertisement
Angka kematian di Gaza yang diakibatkan oleh serangan udara minggu ini mencapai 100 orang, demikian disebutkan oleh seorang pejabat Palestina hari Jumat lalu dan dikutip Liputan6.com dari CNN.
Roket dari Lebanon itu mendarat kota Metula di kawasan utara Israel, yang berada dekat dengan perbatasan Lebanon. Tidak ada kerusakan atau korban jiwa yang dilaporkan. Belum jelas siapa yang menembakkan roken itu.
Jurubicara IDF mengatakan Israel meminta pertanggungjawaban pemerintah Lebanon atas serangan itu.
Dua roket diluncurkan dari kota Mari di selatan Lebanon, demikian dilaporkan oleh kantor berita resmi Lebanon, NNA. Roket ke tiga gagal meluncur.
Pihak keamanan Lebanon membungkam dua roket dan menyita peralatan militer di tempat itu, katanya. Balasan artileri dari Israel jatuh di pinggiran kota Kfar Shouba, kata kantor berita itu.
Panggilan Pasukan Cadangan
Sementara itu, di tengah meningkatnya kekhawatiran di kalangan penduduk Gaza Kamis lalu akan adanya serangan darat Israel, pihak negeri zionis mengumumkan telah memperkuat pasukannya dengan memanggil 30.000 pasukan cadangan ke dalam unit-unit mereka.
“Kami menggalang kekuatan itu untuk memampuklan kami menciptakan kekuatan yang diperhitungkan di sekitar Gaza, kalau memang itu diperlukan, supaya kami bisa mengerahkannya sesegera mungkin,” kata Peter Lerner, jurubicara IDF, kepada Wolf Blitzer dari CNN.
Kabinet Israell telah menyetujui pihak militer untuk memanggil hingga 40.000 tentara cadangan jika memang diperlukan. Angka itu adalah 10.000 lebih banyak daripada serbuan Israel ke Gaza di bulan November 2012.
Menurut jurubicara pemerintah, Mark Regev, unit-unit militer sudah dikerahkan. Katanya kepada Blitzer, “Kami siap berangkat, jika kami perlu berangkat.”
Regev mengatakan bahwa Israel tidak menginginkan situasinya sekarang dengan Hamas yang mengendalikan Gaza.
Advertisement
Peningkatan Angka Kematian
Saya militer Hamas mengatakan dalam suatu pernyataan video Kamis lalu bahwa mereka sudah siap menghadapi konfrontasi berkepanjangan.
“Kami tekankan kepada musuh bahwa kami sudah mempersiapkan diri untuk pertempuran yang sangat panjang, bukan seminggu atau 10 hari seperti yang disebutkan oleh para komandan musuh kami, tapi berminggu-minggu,” kata pembicara dalam rekaman video itu. Ia menggunakan seragam loreng-loreng dengan muka yang hampir terlindungi seluruhnya.
“Dunia akan melihat tengkorak-tengkorak para prajuritmu diinjak-injak oleh anak-anak bertelanjang kaki di Gaza,” katanya lagi.
Gaza bermuram durja. Serangan udara Israel telah menewaskan setidaknya 98 orang Palestina, termasuk wanita dan anak-anak, dan melukai lebih dari 650 orang sejak dimulainya serangan Senin lalu, demikian menurut para pejabat Palestina.
Di seantero Gaza, penduduk menanti serangan darat Israel. Banyak orang yang tidak punya tempat manapun untuk mengungsi dan mereka tidak memiliki tempat perlindungan dari serangan bom.
“Saya tidak bisa pergi. Saya tidak punya tempat apapun untuk itu. Lebih baik tinggal di rumah, di dalam, aman,” kata seorang penduduk di kota Bait Hanoun di wilayah utara Gaza kepada CNN.
Kebanyakan penduduk tinggal di rumah-rumah tanpa ruangan aman dan dinding-dindingnya dibuat dari bahan batako yang dapat ditembus peluru seperti menembus sehelai kertas.
Anak-anak Terbunuh
Angka kematian bertambah setiap hari di Gaza. Pasukan IDF mengatakan hari Kamis lalu bahwa mereka telah menyerang 785 sasaran Haman setelah mengumumkan dimulainya serangan Senin lalu dengan tujuan menghantam Hamas dan menghentikan serangan-serangan roket ke Israel.
Ketegangan di kawasan itu meledak minggu lalu setelah pembunuhan tiga remaja Israel di Tepi Barat, diikuti dengan pembunuhan seorang remaja Palestina di Yerusalem yang oleh polisi ditengarai sebagai tindakan balas dendam.
Israel menyalahkan Hamas atas kematian tiga remaja Israel itu, walaupun belum ada satu kelompok manapun yang mengaku bertanggungjawab.
Menurut IDF, sasaran di Gaza mencakup peluncur-peluncur roket, terowongan-terowongan, dan rumah-rumah para pemimpin senior Hamas, yang oleh IDF disebut dengan “pusat komando.”
Di antara mereka yang tewas, ada setidaknya 22 orang anak dan 15 orang wanita, termasuk seorang bayi berusia 18 bulan dan seorang nenek berusia 80 tahun, demikian informasi dari Kementerian Kesehatan Palestina.
Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) mengatakan bom-bom Israel mengenai infrastruktur sipil, termasuk saluran air untuk kamp pengungsi dan pengolahan limbah.
IDF tidak menanggapi tuduhan itu. Mereka mengatakan menggunakan panggilan telepon dan menjatuhkan selongsong-selongsong kosong di atap-atap (mereka menyebutnya “mengetuk atap”) untuk memperingatkan warga sipil bahwa serangan udara sudah dekat. Namun pendekatan itu tidak menjamin keamanan warga.
Dalam berita lain, Presiden Barack Obama (Amerika Serikat) menawarkan untuk membantu menengahi para pihak yang bertikai (Baca juga 'Roket Israel Tewaskan 85 Lebih Warga Gaza, Ini Sikap Obama')
Advertisement
“Bersiap Untuk Segala Kemungkinan”
Telah ada beberapa pertanda selama beberapa hari dari sejumlah pejabat Israel mengenai kemungkinan serangan darat ke Gaza, namun masih ada keraguan tentang keinginan pemerintah untuk konflik sejauh itu.
Hari Rabu lalu, Netanyahu mengatakan bahwa serangan udara akan ditambah dan dilanjutkan “hingga serangan-serangan roket ke warga kami dihentikan dan ketenangan dikembalikan.”
Ia tidak menjelaskan apa yang dimaksud dengan penambahan Operasi Protective Edge yang dimaksud, dan hanya mengatakan bahwa pihak militer Israel “siap untuk menghadapi segala kemungkinan.”
Belum ada satupun warga Israel yang tewas setelah ratusan roket diluncurkan ke selatan Israel oleh Hamas dan kelompok militan lain di Gaza. Sejumlah warga Israel terluka karena serangan itu.
Pihak IDF mengatakan hari Jumat ini bahwa sejak dimulainya Operasi Protective Edge, lebih dari 570 roket telah ditembakkan ke Israel. Sistem pertahanan Iron Dome milik negeri itu telah menyergap lebih dari 100 roket, kata IDF.
Hamas dan kelompok-kelompok militant lain di Gaza diyakini memiliki 10.000 roket dari berbagai jangkauan, demikian menurut pihak militer Israel. Israel mengatakan ada 3,5 juta penduduk tinggal di daerah dalam jangkauan roket-roket itu.
Pertemuan Dewan Keamanan PBB
Palestina dan Israel menjelaskan posisi-posisi mereka dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB hari Kamis lalu.
Duta Besar Riyad Mansour, pengamat tetap Palestina untuk PBB, menuduh Israel “menyebarkan teror atas penduduk kami, membunuhi puluhan penduduk sipil dan melukai ratusan lainnya.”
Kecurigaan Israel bahwa pihak Palestina menggunakan perisai manusia dianggapnya “berlebihan”, dan ia menolak argument bahwa Israel sedang membela diri.
Israel “sengaja membalas dan menjatuhkan hukuman bersama-sama terhadap orang Palestina dalam pembalasan dan dendam yang dinyatakan…terhadap pembunuhan tiga remaja pemukim Israel, yang jelas-jelas dikutuk oleh pemimpin Israel,” kata Mansour.
Israel, di lain pihak, menyerukan Dewan Keamanan untuk mengutuk Hamas dan peluncuran roket-roket melintasi perbatasan.
Ron Prosor, duta besar Israel untuk PBB, memainkan rekaman sirene selagi berbicara, untuk menunjukkan bagaimana Israel hanya punya 15 detik untuk mencari perlindungan, katanya.
“Meminta Israel untuk menahan diri padahal kota-kota kami terus-menerus diserang itu seperti meminta pemadam kebakaran untuk memadamkan api yang besar hanya dengan satu ember air,” katanya. (Ein)