Liputan6.com, Gaza - Ratusan juta pasang mata menyaksikan laga final Piala Dunia 2014 Minggu malam atau Senin dini hari WIB-- duduk nyaman di kursi, atau menggelar nobar alias nonton bareng sambil mengudap aneka camilan.
Namun di Gaza, di tengah ledakan roket dan ancaman maut yang ditebar Israel selama 6 hari, para fans sepakbola butuh kecerdikan dan nyali untuk menyaksikan kemenangan 1-0 Jerman atas Argentina. Â
Sejak serangan membabi buta Israel atas Gaza, dengan dalih menghukum Hamas yang meluncurkan roket dari sana, jalanan di kota itu sepi kala malam, langit merah, suara ledakan bom bikin merinding mereka yang mendengarnya. Di tengah blokade negeri zionis, pemadaman listrik bergilir melanda Gaza selama beberapa tahun.
Salah Yousef, pemuda 19 tahun yang jadi suporter Argentina mengatakan, ia berjalan di tengah kegelapan, selama 20 menit demi nonton final. Sebab, tak ada listrik di rumahnya.
"Saat berjalan aku merasa takut," kata Yousef, seperti Liputan6.com kutip dari New Zealand Herald, Senin (14/7/2014). "Ibuku terus bicara lewat telepon denganku, hingga aku sampai di rumah.
Menurut Yousef, melakukan hal sederhana dan normal, seperti nobar bola, adalah ekspresi perlawanan. "Itu berarti kami tak takut ancaman dan tembakan Israel."
Hampir 170 warga Palestina tewas dan lebih dari 1.100 terluka dalam 1.300 serangan udara Israel, sejak digelar Operasi Protective Edge, Selasa 8 Juli lalu. Menargetkan rumah-rumah aktivis senior Hamas di lingkungan perumahan padat penduduk. Tel Aviv mengatakan, pengeboman dimaksudkan untuk mengurangi kemampuan Hamas untuk menembakkan roket ke wilayahnya.
Israel mengatakan, militan Gaza telah meluncurkan lebih dari 800 roket ke wilayahnya. Namun aksi balasan itu justru mengorbankan nyawa warga sipil, termasuk anak-anak.
Selama final Piala dunia, sirene peringatan serangan roket meraung di kota Israel, Ashkelon, di dekat Gaza. Memicu evakuasi warga. Pihak berwenang mengatakan, setidaknya 7 roket ditembakkan ke sana selama pertandingan akhir laga bola sejagad dilangsungkan.
Sementara itu, di Or Haner sebuah Kibbutz atau komunitas dekat Gaza. Yang ditinggali banyak ekspatriat dari Argentina, sejumlah orang menonton pertandingan di rumah masing-masing, dekat dengan shelter bom. Tidak menggelar nobar. "Kami ingin Messi (Lionel Messi) bukan misil," kata Gerardo Salom, fans Argentina.
Sebelumnya, warga di Gaza pertandingan di warung-warung kopi terbuka. Hingga serangan itu terjadi.
Malam itu, di sebuah kafe sederhana, Fun Time Beach, di pinggiran pantai Gaza, sekelompok pemuda berkumpul di sekitar televisi portabel yang ditenagai genset, duduk di atas kursi plastik ringkih, untuk menonton pertandingan Argentina melawan Belanda dalam semifinal Piala Dunia 2014.
Namun, mereka tak akan pernah mengetahui skor akhirnya.
Pada pukul 23.30 waktu setempat, setengah jam sebelum pertandingan dimulai, rudal Israel menghantam atap bangunan sederhana itu dan memicu kekacauan berdarah.
Serangan tak terduga itu menewaskan 9 pemuda. "Mereka hanya ingin menonton pertandingan," kata Wael Sobih, berdiri di samping kursi-kursi plastik yang rusak dan pohon-pohon palem yang tumbang, seperti Liputan6.com kutip dari Telegraph. "Ini tempat bermain, bukan kamp militer." (Tnt)
Baca juga:
Advertisement
Bantu Korban di Gaza, Raja Arab Saudi Kucurkan Rp 620 Miliar
Alasan Israel Bombardir Masjid dan Rumah Sipil di Gaza
Foto Kontroversial: Warga Israel Bersorak Saat Rudal Hantam Gaza
Anak-anak di Gaza Tewas Kena Bom, Bocah Israel Main Dalam Bunker