Liputan6.com, New York Sunggguh tragis nasib para penumpang penerbangan Malaysia Airlines MH17 yang jatuh beberapa hari yang lalu dan ditengarai terkena tembakan rudal. Ternyata sudah ada upaya menciptakan sistem perlindungan pesawat komersil dari serangan rudal, hanya saja harganya masih sangat mahal.
Setiap penumpang pesawat terbang sudah menjadi terbiasa dengan tatacara keamanan: lepaskan sepatu, taruh laptop di nampan plastik, keluarkan semua benda logam dari kantong dan tempatkan cairan dalam kantong plastik terpisah, dan berjalanlah melalui detektor logam.
Namun demikian, pencegahan yang biasa yang bertujuan untuk melindungi para penumpang dari kemungkinan adanya bom atau senjata tidak berkutik mencegah datangnya rudal yang dapat meledakkan sebuah pesawat jet selagi mengangkasa.
Advertisement
Pesawat Malaysia Airlines MH17 yang ditembak minggu lalu memusatkan perhatian kepada perlindungan pesawat dari kemungkinan serangan rudal, yang telah meluluhkan belasan pesawat terbang komersil dalam sejarah penerbangan.
Sebagaimana yang dilansir Liputan6.com dari Fox News, suatu sistem yang dibuat oleh Israel, "Sky Shield" merupakan salah satu jawabannya.Pihak yang berwenang mengatakan telah berhasil melindungi pesawat Boeing 737 milik El Al dalam serangkaian uji coba.
"Sistem 'Sky Shield' didasarkan kepada teknologi laser yang menangkis rudal yang ditembakkan ke pesawat terbang sehingga menggeser rudal dari lintasannya, telah dipilih oleh Kementerian Perhubungan Israel untuk melindungi pesawat-pesawat terbang Israel," demikian bunyi pernyataan dari Kementerian Pertahanan Israel setelah serangkaian uji coba di awal tahun ini.
"Rangkaian uji coba mencakup berbagai jenis ancaman yang seyogyanya akan dihadapi sistem "Sky Shield' selagi melindungi pesawat terbang penumpang."
Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF) sekarang ini menggunakan teknologi yang disebut dengan Large Aircraft Infrared Countermeasures Systems untuk melindungi pesawat jumbo pengangkut barang dan bahan bakar.
Air Force One, yang adalah pesawat Boeing 747 yang dimodifikasi, ditengarai telah dilengkapi dengan alat penangkal rudal sejenis itu. Namun, pemasangan alat sejenis itu dalam penerbangan biasa masih jauh jangka waktunya.
"Ini bukan tongkat sulap dan tidak akan memecahkan masalah," demikian peringatan Jim Walsh, seorang direktur di Security Studies Program di Massachusetts Institute of Technology (MIT) di Cambridge (negara bagian Massachussetts, AS). Tapi, menurutnya, perlindungan pesawat biasa merupakan gagasan "yang pantas dijajaki."
Walsh mengatakan bahwa sulit melindungi pesawat sipil dari peluncur roket sangat canggih pihak militer, semisal Buk M-1 yang dicurigai sebagai rudal yang menyasar MH17.
Ia mengatakan bahwa teknologinya dapat dipergunakan untuk melindungi rudal penjejak-panas yang ditembakkan dari peluncur bahu, yang diperkirakan akan menjadi ancaman yang semakin lumrah.
Di tahun 2002, teroris di Mombasa, Kenya, dicurigai mencoba menembakkan rudal berpeluncur bahu untuk menembak pesawat Israel selagi lepas landas dari bandara internasional di sana, namun meleset.
Ada sejumlah laporan yang menyebutkan bahwa kaum militan telah merampok penyimpanan rudal berpeluncur bahu dan MANPADS di Suriah dan Irak.
Tapi Walsh berpendapat bahwa industri penerbangan AS tidak akan tergesa-gesa melakukan perlindungan karena kebanyakan penerbangan Amerika tidak melintasi kawasan-kawasan perang.
"Harganya sekitar 1 juta dollar per satuan," katanya. "Kita sedang bicara angka $4 miliar dan sejujurnya penerbangan AS--Commercial, Delta, USAir, United--tidak mendarat di tempat-tempat yang berbahaya.
Jadi saya pikir belum tentu kamu melihat pesawat komersial yang mau menyerap biaya sebesar itu. Ketika melihat apa yang sedang terjadi, yang saya kira menjadi pertanyaan, adalah penerbangan yang masih terbang melintas kawasan ini, yang beberapa hari sebelumnya ada serangan kepada pesawat militer 20 ribu kaki, tapi mereka masih menggunakan ruang udara ini, kenapa?...karena ini menghemat $1.500 dalam biaya bahan bakar."
Northrop Grumman telah mengembangkan sistem penghindaran rudal, yang dikenal dengan "Guardian", yang telah dipasang di sejumlah pewasat MD-11.
Perusahaan itu mengatakan bahwa "sistem Guardian memberikan perlindungan 360 derajat terhadap berbagai jenis ancaman rudal. Ketika Guardian mendeteksi peluncuran MANPADS, sistem itu menjejas rudal yang datang, kemudian menggunakan laser untuk mendegilkan sistem penuntun rudal itu sehingga meleset. Seluruh proses berlangsung kira-kira dua hingga lima detik dan tidak memerlukan tindakan dari awak pesawat."
Undang-undang Perlindungan Rudal Pesawat Komersial (Commercial Airline Defense Missile Act) diajukan kepada Kongres di tahun 2003, untuk permohonan pendanaan publik menutupi biaya sistem penangkal rudal bagi penerbangan AS.
Perangkat hukum itu menyerukan pemasangan suatu "sistem elektronik yang dengan sendirinya (A) menandai ketika pesawat terbang terancam datangnya rudah atau senjata lain; (B) mendeteksi sumber ancaman; dan (C) mengganggu sistem panduan rudal atau senjata lain yang datang, yang bertujuan sedemikian sehingga rudal atau senjata lain yang datang dibuat salah arah dan meleset dari pesawat itu."
Hingga saat ini belum ditentukan apakah ada keperluan yang cukup untuk mewajibkan perlindungan rudal sejenis itu. (Ein)