Liputan6.com, Colorado - Empat bulan setelah pesawat Malaysia Airlines MH370 hilang tanpa jejak, bencana terjadi pada MH17 rute Amsterdam, Belanda-Kuala Lumpur, Malaysia. Kapal terbang itu diyakini ditembak jatuh dengan rudal di wilayah Ukraina Timur yang bergolak akibat pemberontakan kelompok separatis. Sebanyak 298 orang di dalamnya dipastikan meninggal dunia.
Boeing 777-200 itu jatuh di tanah lapang Desa Hrabove, Donetsk, Kamis 17 Juli 2014 siang. Satelit menangkap penampakan puing-puing yang berserakan dan reruntuhan gosong dari tragedi tersebut.
DigitalGlobe, perusahaan asal Colorado, AS memprogram 3 dari 5 satelit pengawas Bumi miliknya, yang ada di pesawat luar angkasa komersial, untuk menangkap pemandangan lokasi kecelakaan sesaat setelah pesawat jatuh menghujam Bumi, Kamis 17 Juli 2014. Namun, awan membuat foto udara tak terlalu jelas. DigitalGlobe akhirnya bisa menangkap gambar secara jelas pada 20 dan 21 Juli.
Puing-puing besar pesawat bisa dilihat berada di tengah 'noda' hitam di atas tanah.
DigitalGlobe kerap mengarahkan satelitnya ke lokasi bencana, yang disebabkan alam maupun faktor manusia. Perusahaan tersebut sebelumnya merilis gambar tanah longsor di Negara Bagian Washington yang menewaskan 40 orang. Para arkeolog juga menggunakan citra DigitalGlobe untuk mendokumentasikan penjarahan di peninggalan kuno di Suriah yang dilanda perang.
Fragmen kecelakaan lainnya dan bagian putih dari pesawat, yang pecah di udara, terlihat di bagian bawah gambar, berserak di lahan pertanian.
Lokasi kecelakaan menjadi titik fokus kemarahan dunia internasional atas serangan barbar yang mengarah pada pesawat sipil. Pemberontak pro-Rusia -- yang menguasai wilayah itu -- menghalangi tim penyelidik internasional mendekati area untuk menguak misteri, siapa yang bertanggung jawab atas kejadian tragis itu.
Pemberontak juga diduga mengotak-atik bukti, termasuk jasad para korban yang mungkin mengandung fragmen rudal.
"Kita harus memastikan kebenaran akan diungkap," kata Presiden Amerika Serikat, seperti Liputan6.com kutip dari situs sains, LiveScience, Selasa (22/7/2014). Ia meminta pejabat Rusia, khususnya Presiden Vladimir Putin memaksa separatis untuk bekerja sama dengan penyelidik independen.
Beberapa jam setelah Obama bicara, pemberontak menyerahkan kotak hitam ke pemerintah Malaysia, menyerahkan jasad pada pihak Belanda, dan mengizinkan penyelidik masuk ke lokasi kejadian. (Riz)