Sukses

Senyum, Wajah Gembira...Penumpang MH17 Meregang Nyawa Tanpa Derita

Seorang kru darat menceritakan detik-detik terakhir sebelum penerbangan MH17. Seulas senyum, salam hangat, dan wajah gembira...

Liputan6.com, Amsterdam - Pesawat Malaysia Airlines Penerbangan MH17 berakhir tragis, Kamis 17 Juli 2014. Boeing 777 yang menempuh rute Amsterdam-Kuala Lumpur tersebut ditembak jatuh di Ukraina timur, wilayah yang bergolak akibat pemberontakan.

Kapal terbang itu hancur dan terbakar, isi bagasi berserakan, jasad-jasad 298 orang -- kru dan penumpang-- tersebar. Bagaimanapun kondisinya, menurut ahli forensik Australia, mereka tak sempat merasaan penderitaan di saat-saat terakhirnya. Tanpa rasa sakit.

Dosen tamu dari University of Canberra, David Royds mengatakan, ledakan awal -- dari objek diduga rudal yang meledak dalam jarak sekitar 20 meter dari pesawat -- bukan yang menewaskan para penumpang. Dekompresi yang berlangsung cepat dan temperatur yang membekukan di ketinggian 33.000 kaki atau sekitar 10 km di atas permukaan Bumi lah yang menyebabkan kematian mendadak.

"Terbang di atas ketinggian lebih dari 10 kilometer di atas permukaan Bumi, ledakan akan menyebabkan temperatur kabin merosot hingga minus 50 derajat Celcius, disusul tekanan udara yang turun drastis dan hilangnya oksigen," kata Royds seperti Liputan6.com kutip dari News.com.au, Rabu (23/7/2014).

"Kondisi dingin ekstrem tersebut akan membuat kesadaran para penumpang hilang dalam hitungan detik," tambah dia. "Kemungkinan besar, semua yang ada di dalam MH17 tak sempat mengalami penderitaan, tak ada waktu bagi mereka untuk merasa khawatir."

Kini, kotak hitam telah diserahkan oleh pemberontak ke pihak Malaysia. Para penyelidik sedang mencari tahu apa gerangan yang membuat kapal terbang itu jatuh. Selama ini diduga sistem rudal Buk yang bertanggung jawab mencelakakan MH17 -- yang meledak sebelum menghantam badan pesawat, melepas pecahan peluru dalam pola yang dirancang untuk memotong sejumlah komponen.

Royds, yang pernah memimpin investigasi bom Bali 2002 mengatakan, jasad para penumpang bisa jadi menyimpan barang bukti insiden tragis itu.

Selanjutnya: Kesaksian Detik-detik Terakhir Sebelum Penerbangan

2 dari 2 halaman

Kesaksian Detik-detik Terakhir Sebelum Penerbangan

Kesaksian Detik-detik Terakhir Sebelum Penerbangan

Terpisah, seorang staf Bandara Amsterdam, Belanda, yang bertugas mengurus proses check-in penumpang MH17 berbagi kisah detik-detik terakhirnya dengan para korban.

Semalam, Renuka Manisha Virangna Birbal -- nama staf tersebut -- memposting kisahnya di Facebook. Menggambarkan perbincangan dan interaksi terakhir dengan para penumpang dan kru pesawat.

Berikut terjemahan bebas kesaksiannya yang ditulis dalam Bahasa Belanda, seperti Liputan6.com kutip dari News.com.au, Rabu (23/7/2014).

Seulas senyum, salam hangat, dan wajah gembira...

Di meja transfer, aku bertemu dua penggila bola, satu check in, satu lagi tidak.

"Bisakah kau memproses check in ku, Cinta?"

Mereka tak tercatat duduk berdampingan di kelas bisnis.

"Anda ingin duduk bersama, Tuan?"

"Aku sangsi, aku ingin istirahat selama beberapa jam," canda yang lainnya. "Cheers"

Kemudian, ada keluarga bahagia, yang terdiri dari 6 orang, membawa 10 tas.

"Setelah sekian lama, akhirnya kami bisa pulang."

Seorang anak tersenyum dan melambai ke arahku.

Satu awak pesawat berjalan ke arahku, melambaikan tangan, dan memberikan kode.

Ada seorang pria yang akan memulai hidup baru di Malaysia.

Sebuah keluarga diantar kakek dan nenek mereka, itu liburan pertama anak-anak ke tempat jauh.

Sang nenek mengambil foto anak-anak itu, cucunya memeriksa hasil jepretannya. Kali itu aku tak keberatan sosokku ada dalam gambar.

Tiba di gate G03 seorang pria bertanya, apakah masih ada waktu untuk membeli sesuatu.

"Tentu saja, tapi pastikan Anda kembali ke sini pukul 11.30."

Kolegaku membantu seorang perempuan sepuh ke dalam pesawat, menuju kursinya di barisan 21, nenek itu sulit berjalan dan bepergian sendirian.

Ada pasangan yang baru menikah, sedang dalam perjalanan bulan madu mereka.

Seorang gadis cilik digandeng ibunya, sang ayah mendorong kereta bayi. Dia sungguh cantik: setengah Belanda, setengah Malaysia dengan mata lebar yang mengagumkan. Ia tersenyum ke arahku.

Seorang pria ikut dalam penerbangan agar bisa sampai tepat waktu untuk menghadiri pemakaman ibunya.

Cucu bepergian bersama kakek dan neneknya.

Tiba-tiba aku melihat wajah yang akrab, rekan kami di konter tiket MH.

Dengan bangga ia menunjuk pada anak lelaki, istri, dan putrinya. Dengan senyum lebar ia melambai, "Sampai jumpa."

Seorang perempuan ingin ke luar gate untuk pergi ke toilet. Sayangnya, kami telah memulai proses boarding, tak ada yang boleh keluar. "Boleh aku naik duluan ke pesawat?" tanya dia.

"Tentu saja,"

Sebuah perpisahan dari para kru, sampai bertemu lagi!

Lalu, kami melepas garbarata.

Penumpang bepergian dalam rangka bisnis, dalam perjalanan pulang, dalam perjalanan bertemu dengan keluarga, dalam perjalanan menuju liburan, dalam perjalanan ke sebuah awal baru ...

Keluarga, pasangan, mereka yang pergi sendiri, bayi, anak-anak, nenek, kakek, ibu, ayah, putra, putri, pasangan, paman, tante, kolega, sahabat, tetangga, kenalan.

Kali terakhir aku melihat mereka, bicara pada mereka, berharap penerbangan berlangsung menyenangkan -- pada para penumpang Penerbangan MH017 pada 17 Juli 2014.

Senyum terakhir, sapaan terakhir, wajah gembira...

+Beristirahatlah dalam damai para penumpang dan awak tersayang+

Atas nama staf penerbangan di bandara untuk Penerbangan MH017 pada Kamis 17-07-2014. (Imel Pebreyanti)