Liputan6.com, Gaza - Jumlah korban jiwa akibat agresi militer Israel di Gaza terus bertambah. Hingga saat ini, pejabat Departemen Kesehatan Palestina melaporkan total warga Gaza yang tewas yakni 700 orang. Sebanyak 16 orang Gaza tewas di kawasan pesisir, hari ini.
Upaya perdamaian, termasuk gencatan senjata diharapkan bisa tercipta. Namun Hamas bersikeras menolak gencatan senjata. Kelompok sayap Palestina itu menegaskan blokade Israel di wilayah Palestina harus ditarik terlebih dahulu sebelum gencatan senjata.
"Kami tidak akan menerima inisiatif yang tak terkait dengan penarikan blokade atas orang-orang kami dan tidak menghormati pengorbanan kami selama ini," tegas pemimpin Hamas Khaled Meshaal dalam konferensi pers di Qatar, seperti dimuat BBC, Kamis (24/7/2014).
Dia menjelaskan, Hamas juga memperhatikan jumlah korban jiwa yang terus bertambah di Gaza. Sehingga upaya kemanusiaan untuk melindungan warga akan tetap dilancarkan. Tapi harga mati: gencatan senjata tak akan ditempuh sebelum blokade Israel ditarik.
"Kami juga harus mengevakuasi para korban dan membantu para relawan," ujar Khaled.Â
Sebelumnya sejumlah pihak mengupayakan gencatan senjata antara Hamas dan Israel. Termasuk Presiden Amerika Serikat Barack Obama. Menteri Luar Negeri AS John Kerry saat ini terbang ke Kairo untuk menemui delegasi Mesir terkait upaya damai Hamas-Israel.
Israel mulai melancarkan serangan Operasi "Protective Edge" sejak Selasa 8 Juli lalu. Awalnya negeri zionis melakukan serangan udara, kemudian ditingkatkan menjadi serangan darat.
Hamas dan Israel sempat menyepakati gencatan senjata pada 17 Juli selama lima jam untuk memberikan kesempatan bagi warga Gaza mencari pasokan makanan untuk bertahan hidup di tengah gempuran rudal. Setelah itu, serangan kembali dilancarkan kedua pihak. (Ein)
700 Warga Tewas, Hamas: Penarikan Blokade Israel Harga Mati
Hamas dan Israel sempat menyepakati gencatan senjata pada 17 Juli 2014, hanya selama lima jam.
Advertisement