Sukses

Sulitnya Mencari Planet Berair Seperti Bumi

Kemungkinan adalah bahwa cakram-cakram mula-mula tempat asalnya planet-planet memiliki lebih sedikit air daripada yang diduga semula.

Liputan6.com, Jakarta Suatu penelitian yang sangat terperinci mengungkapkan sedikit sekali air di tiga planet jauh, mengisyaratkan kemungkinan adanya halangan dalam pencarian dunia lain yang serupa dengan bumi yang kaya akan H2O (air), demikian diungkapkan para ahli astronomi.

Dikutip dari New Zealand Herald, dengan menggunakan teleskop angkasa Hubble, suatu tim melakukan pengukuran terinci tentang atmosfer tiga raksasa gas yang mengorbit bintang-bintang serupa matahari, kita dengan berharap akan menemukan "banyak sekali air."

Pada jarak antara 60 dan 900 tahun cahaya dari Bumi, dunia-dunia di sana sangatlah panas, dengan suhu antara 900 dan 2.200 derajat Celcius sehingga mereka diduga calon ideal untuk pendeteksian uap air.

Namun demikian, para peneliti "hampir tidak mendapatkan apapun," demikian pernyataan dari Universitas Cambridge yang ikut serta dalam penelitian.

"Sedikitnya air yang kami temukan sangat mengagetkan," ujar pemimpin penelitian Nikku Madhusudhan dari Lembaga Astronomi di universitas tersebut.

"Hasil-hasil ini menunjukkan betapa menantangnya pendeteksian air di planet-planet luar serupa bumi dalam pencarian kita tentang kemungkinan adanya kehidupan di tempat lain."

Salah satu planet itu, yakni HD 209458b, diukur dengan pengukuran paling teliti terhadap bahan kimia yang pernah dilakukan terhadap suatu planet di luar sistem tata surya kita, kata tim itu. Dua planet lainnya adalah HD 189733b dan WASP-12b.

Tiga planet itu memiliki antara 1/10 dan 1/1000 jumlah air yang diperkirakan menurut teori pembentukan planet standar, demikian pernyataan itu.

Selagi kita siap-siap mencari tanda-tanda kehidupan di planet-planet luar berbatu yang ukurannya mirip dengan bumi, kita harus siap untuk menemukan planet-planet dengan jumlah air yang jauh lebih sedikit daripada yang kita harapkan menurut ukuran planet manusia."

Pencarian menggunakan teleskop di masa depan untuk tanda-tanda adanya air sekarang harus dirancang dengan kepekaan yang lebih tinggi untuk kemungkinan adanya planet-planet yang jauh lebih kering daripada yang diperkirakan.

Temuan itu juga "membuka seluruh kaleng cacing" teori pembentukan planet yang ada," demikian ditambahkan oleh Madhusudhan.

Menurut teori yang sudah dapat diterima, planet-planet raksasa terbentuk di seputar bintang-bintang muda dalam suatu "cakram" kosmik yang terdiri dari hidrogen, helium, es, dan partikel-partikel debu.

Partikel-partikel debut menempel bersama, membentuk bongkahan yang semakin besar karena ditarik bersama-sama oleh kekuatan gravitasi cakram itu.

Inti planet yang sedang terbentuk itu terus menarik benda padat dan gas hingga menjadi raksasa gas, dimana oksigen atmosfernya diduga lebih banyak berupa air.

"Sedikitnya kandungan uap air yang ditemukan dalam penelitian ini mengundang sejumlah pertanyaan tentang bahan-bahan kimia yang mengarah kepada pembentukan planet," demikian pernyataan itu.

Salah satu kemungkinan adalah bahwa cakram-cakram mula-mula tempat asalnya planet-planet memiliki lebih sedikit air daripada yang diduga semula.

Tim itu menggunakan Hubble untuk mempelajari planet-planet sewaktu melintas di depan bintang-bintang induknya dan mencari tanda-tanda adanya uap air yang mempengaruhi cahaya bintang yang bersinar menembus atmosfer raksasa-raksasa gas itu, sebagaimana dilihat dari bumi. (Ein)