Liputan6.com, Manila - Indonesia boleh berbangga hati sebab salah satu anak bangsa mendapat penghargaan bergengsi Ramon Magsaysay Award. penghargaan yang juga kerap disebut sebagai Nobel vesi Asia.
Ia adalah antropolog Indonesia Saur Marlina 'Butet' Manurung. Wanita berusia 42 tahun itu diberitakan Channel News Asia, Kamis (31/7/2014), sebagai sosok bersemangat dalam melindungi dan meningkatkan kehidupan warga di rimba Indonesia melalui sekolah hutan yang digagas organisasinya.
Penghargaan ini bukanlah kali pertama diterima wanita yang karib disapa Butet. Berikut beberapa di antaranya:
- Manusia dan Biosfer Award oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), UNESCO Indonesia (2001)
- 'Woman of Letters' sebagai salah satu Pahlawan majalah TIME Asia (2004)
- Young Global Leader oleh forum Ekonomi Dunia (2009)
- Social Entrepreneur of the Year oleh Ernst and Young (2012).
Advertisement
Aksi peningkatan pendidikan orang-orang rimba itu juga difilmkan. Film berjudul Sokola Rimba yang terinspirasi dari Butet, dirilis di bioskop-bioskop di seluruh Indonesia pada 21 November 2013.
Pada 2013, Indonesia melalui KPK juga berhasil menyabet penghargaan tersebut. Penghargaan tersebut diberikan karena KPK dinilai sebagai lembaga lembaga antikorupsi independen yang sukses dan berani dalam menindak pejabat negara yang terlibat skandal korupsi. KPK tercatat sebagai penerima ke 23 dari Indonesia untuk penghargaan itu.Â
Sebelumnya, beberapa tokoh Indonesia juga menerima menerima penghargaan tersebut. Di antaranya Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Mochtar Lubis, Pramoedya Ananta Toer, dan Atmakusumah Astraatmadja.
Penghargaan yang diambil dari dari nama presiden Filipina yang tewas dalam kecelakaan pesawat diberikan untuk menghormati orang-orang atau kelompok yang mengubah masyarakat menjadi lebih baik. Pada tahun ini, juga terpilih beberapa individu selain Butet.
Pertama adalah Jurnalis itu adalah Hu Shuli, pendiri dan editor Caijing, sebuah majalah bisnis terkenal karena liputan investigatif yang memiliki dampak luas. Di antaranya adalah laporan terkait perdagangan ilegal, pemerintah yang menutup-nutupi tingkat sebenarnya dari epidemi SARS 2003, dan penipuan perusahaan berujung tersingkirnya para pejabat publik, tuntutan kepada pemimpin bisnis, dan reformasi pasar saham.
Juga ada pengacara bernama Wang Canfa. Pria berusia 55 tahun ini merupakan pendiri Pusat Bantuan Hukum bagi korban pencemaran udara di China.
Lalu ada Direktur National Museum of Afghanistan Omara Khan Masoudi, guru Filipina Randy Halasan, dan Yayasan kelompok non-pemerintah Pakistan The Citizen's Foundation.
Masoudi memenangkan penghargaan tersebut atas jasanya menyimpan beberapa benda museum paling berharga. Seperti bom, hasil penjarahan, dan objek perusakan yang dilakukan Taliban. Sementara Halasan berkat jasanya mengajar anak-anak dari Suku Matigsalug di salah satu desa pegunungan terpencil di Filipina.
Sedangkan The Citizens Foundation, yang didirikan para pemimpin bisnis Pakistan, menyabet penghargaan karena telah mendirikan sekolah untuk memberikan kesempatan yang sama kepada perempuan di negara tersebut.
Seluruh pemenang tahun ini akan diundang ke Manila untuk upacara penghargaan pada 31 Agustus. (Yus)
Baca Juga: