Sukses

Skenario MH17 Mirip Insiden AS Tembak Jatuh Pesawat Iran 1988?

Pada 3 Juli 1988, seorang kapten Angkatan Laut AS salah mengira Iran Air Penerbangan 655 sebagai pesawat tempur. Ia lalu menembak.

Liputan6.com, Washington DC- Satu per satu korban kecelakaan maut pesawat Malaysia Airlines Penerbangan MH17 diidentifikasi di Eindhoven, Belanda. Belum semua jasad 298 penumpang dan awak kapal terbang dievakuasi dari dari lokasi kejadian di Ukraina timur, dekat perbatasan dengan Rusia. Di wilayah bergolak yang dikuasai separatis pro-Moskow. Perang sedang berkecamuk di sana.

Apapun, tanda tanya besar masih belum terjawab soal kecelakaan maut kedua, setelah raibnya MH370, yang menimpa maskapai negeri jiran: siapa yang bertanggung jawab atas kejadian tragis yang menimpa MH17?

Situs media Australia, International Business Times (IBT) pada Rabu (13/8/2014) memuat artikel berjudul, "MH17: US Shot Down Passenger Jet In 1988 – Scenarios Similar To MH17" -- yang menyebut skenario MH17 mirip dengan insiden serupa pada 1988, ketika AS tak sengaja menembak jatuh pesawat Iran Air Penerbangan 655.

Apa yang mirip?

Begini kisahnya: pada 3 Juli 1988, seorang kapten Angkatan Laut AS yang sedang bertugas di kapal tempur Aegis-class, USS Vincennes, melakukan tindakan keliru dengan menembak jatuh pesawat Iran Air Penerbangan 655, yang datang dari Dubai, Uni Emirat Arab.

Salah tembak itu diakui Presiden Bill Clinton pada tahun 1966, saat ia mengungkapkan "penyesalan mendalam" dan menawarkan kompensasi bernilai US$ 131,8 miliar pada Pemerintah Iran. Keluarga para korban menerima US$61,8 dari kompensasi total yang dibayarkan. Teheran kemudian menghentikan gugatannya melawan AS di Pengadilan Internasional.



"Dalam sejumlah hal, dua kecelakaan tersebut mirip," kata Fred Kaplan, penulis sekaligus jurnalis, dalam tulisannya untuk situs Slate.

Kemiripan-kemiripan tersebut menurut dia adalah, pertama, MH17 terbang di atas wilayah Ukraina yang sedang mengalami perang saudara, sementara Iran Air Penerbangan 655 terbang di atas Selat Hormuz -- yang saat itu sedang berlangsung konflik di tengah laut.

Kemiripan kedua, ada spekulasi bahwa pemberontak pro-Rusia salah mengira MH17 sebagai pesawat angkut milik militer Ukraina. Sementara, Kapten Angkatan Laut AS, Will Rogers, salah mengenali Iran Air Penerbangan 655 sebagai pesawat tempur F-14.

Ada lagi kemiripan yang lain yakni, MH17 diduga kuat ditembak jatuh menggunakan rudal darat ke udara SA-11 buatan Rusia yang menyebabkan 298 orang di dalamnya tewas termasuk 80 anak-anak, sementara Iran Air Penerbangan 655 dihantam misil sejenis SM-2  buatan AS -- 290 orang tewas saat itu termasuk 66 bocah.

Tak hanya itu, dalam insiden terbaru pihak Rusia menyalahkan Pemerintah Ukraina. Dulu pun begitu, pejabat AS menyalahkan pilot Iran.  

Siapapun orang yang bertanggung jawab atas jatuhnya MH17, Kaplan mengatakan, mereka harus bertanggung jawab. Namun, tak bisa serta-merta dicap sebagai teroris atau penjahat perang. "Ada perbedaan jelas antara kesalahan dalam perang dengan dan tindakan mengerikan terorisme," tambah dia.

Sebelumnya, Perdana Menteri Australia, Tony Abbott, bersama PM Belanda, Mark Rutte, bersumpah akan memberi keadilan pada keluarga dan kerabat korban MH17.

"Kami berutang pada mereka yang tewas, kami berutang pada keluarga yang berduka untuk membawa (jasad) orang-orang terkasih pulang. Untuk menuntut keadilan atas mereka," kata PM Abbott dalam konferensi pers di Den Haag beberapa waktu lalu.

Kepada PM Belanda, Abbott juga mengatakan, "Australia dan Belanda bukan hanya kawan dalam duka, namun mitra demi menuntut keadilan dalam menghadapi kekejaman yang mengerikan tersebut." (Yus)

Baca juga:

6 Pesawat Sipil yang Meledak di Udara Akibat Tembakan Rudal

8 Teori Konspirasi Aneh Malaysia Airlines MH17