Liputan6.com, Ciego de Avila: Pemimpin Kuba Fidel Castro menolak rencana agresi militer Amerika Serikat dan sekutunya terhadap terorisme, khususnya Afghanistan. Alasannya, perlawanan terorisme semestinya dipimpin PBB. Pun tak langsung dengan pengerahan kekuatan militer. Karena, terlebih dahulu harus diupayakan jalan damai. Penegasan tersebut disampaikan Castro dalam rapat akbar di Kota Ciego de Avila, Kuba, baru-baru ini.
Castro menegaskan, AS dan negara sekutunya dari Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) telah melakukan kesalahan besar dengan mengintimidasi Afghanistan tanpa bukti jelas. Namun demikian, Castro setuju apabila pelaku serangan 11 September silam mendapat hukuman berat. Sebab, akibat aksi tersebut telah menimbulkan kondisi eksepsional bagi penumpasan terorisme. Ia juga berpendapat, resolusi PBB mengenai penumpasan terorisme harus ditaati setiap negara. Untuk itu, sebagai lembaga pemersatu negara-negara di dunia, PBB harus menyerukan perdamaian.(DEN/Nlg)
Castro menegaskan, AS dan negara sekutunya dari Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) telah melakukan kesalahan besar dengan mengintimidasi Afghanistan tanpa bukti jelas. Namun demikian, Castro setuju apabila pelaku serangan 11 September silam mendapat hukuman berat. Sebab, akibat aksi tersebut telah menimbulkan kondisi eksepsional bagi penumpasan terorisme. Ia juga berpendapat, resolusi PBB mengenai penumpasan terorisme harus ditaati setiap negara. Untuk itu, sebagai lembaga pemersatu negara-negara di dunia, PBB harus menyerukan perdamaian.(DEN/Nlg)