Sukses

Survei: Islandia Negara Paling Damai, Indonesia Peringkat ke-54

Negara yang tengah dilanda konflik seperti Suriah, Afghanistan, Sudan dan Irak berada di 4 peringkat terbawah.

Liputan6.com, Jakarta - Di tengah konflik yang tengah berkecamuk di sejumlah negara belahan dunia, ternyata masih ada negara yang muncul sebagai negara terdamai, tanpa konflik dan perang. Survei Tahunan Indeks Global Peace 2014 yang dilakukan Institut Ekonomi dan Perdamaian (IEP) di Australia menobatkan Islandia sebagai negara paling damai di dunia, mengalahkan 162 negara lainnya.

Untuk peringkat 10 besar, setelah Islandia ada Denmark, Austria, Selandia Baru, Swiss, Finlandia, Kanada, Jepang, Belgia, dan Nofrwegia. Sedangkan Amerika Serikat berada di peringkat 101.

Negara yang tengah dilanda konflik seperti Suriah, Afghanistan, Sudan dan Irak berada di 4 peringkat terbawah. Sedangkan konfilk di Gaza menempatkan Israel berada di urutan 149.

Seperti dilansir news.com.au, Selasa (19/8/2014), survei ini menggunakan 22 indikator dengan mengukur jumlah kasus kekerasan sebuah negara dan faktor-faktor tingkat kekhawatiran masyarakat seperti jumlah pembunuhan, kasus kejahatan, populasi narapidana, akses memperoleh senjata api dan anggaran militer.

Hasil survei ini juga menyatakan bahwa hanya 11 negara di dunia yang memiliki potensi rendah konflik yakni, Swiss, Jepang, Qatar, Mauritius, Uruguay, Cile, Botswana, Kosta Rika, Vietnam, Panama, dan Brasil.

Lantas, ada di urutan berapa Indonesia dan negara-negara Asia lainnya dalam survei ini? Ternyata Indonesia berada di urutan ke-54 dalam daftar negara paling damai atau sama dengan peringkat tahun lalu.

Indonesia mengalahkan Thailand (126), Filipina (134), dan Myanmar (136). Negara serumpun Malaysia berada di atas Indonesia, yakni di peringkat-33. Sedangkan Singapura berada di posisi 25.

Ketua Eksekutif IEP, Steve Killelea mengatakan sejumlah hal turut menyebabkan kemerosotan peringkat seperti krisis keuangan global dan munculnya aksi terorisme.

Menurutnya, semua konflik dan kekerasan di dunia menimbulkan biaya ekonomi tinggi yang mencapai US$ 10 triliun atau sekitar Rp 116.000 triliun pada 2013. Jumlah ini sama dengan 2 kali pendapatan nasional seluruh negara Afrika dan setara 19% pertumbuhan perekonomian global tahun lalu.

"Untuk memperjelas, setiap orang di dunia menanggung US$ 1.350 (sekitar Rp 15 juta) untuk kerugian akibat konflik. Bahayanya di posisi ini, rendahnya pertumbuhan ekonomi akan memicu tingkat kekerasan lebih tinggi," tambah Killelea.

IEP memperkirakan negara-negara seperti Haiti, Zambia, Argentina, Chad, Bosnia-Herzegovina, Nepal, Burundi, Georgia, Liberia, dan Qatar merupakan negara yang akan memburuk peringkatnya dalam 2 tahun ke depan. (Imelia Pebreyanti/Mut)