Sukses

Tak Ingin Menikah, Pria AS Palsukan Kematian

Kisah pahit dialami oleh wanita asal Inggris, Alex Lancaster yang dikhianati oleh tunangannya, Tucker Blandford.

Liputan6.com, London - Sebuah pernikahan sejatinya adalah dambaan bagi setiap pasangan, untuk mengikat tali percintaan mereka selamanya. Tak ada lagi keraguan untuk menapaki jenjang serius itu. Namun bagaimana jika ternyata salah satu pasangan tega memalsukan kematiannya untuk menghindari pernikahannya?

Kisah pahit ini dialami oleh wanita asal Inggris, Alex Lancaster yang dikhianati oleh tunangannya, Tucker Blandford, pria asal Amerika Serkat.

Seperti dimuat Huffington Post, Selasa (18/8/2014), seminggu menjelang hari bahagianya pada Jumat 15 Agustus lalu, calon mempelai wanita ini tiba-tiba mendapat panggilan telepon dari seseorang yang mengaku ayah Tucker dan memberitakan kabar yang mengejutkan.

"Tucker Blandford sangat tertekan dan ingin mati, sehingga ia menabrakkan dirinya ke mobil, ia telah meninggal," kata pria yang mengaku sebagai ayah Tucker.

Sontak, kabar itu membuat Lancaster sangat sedih. "Pria itu menjelaskan telah mencoba membawa Tucker untuk pergi ke psikater tapi sudah terlambat. Aku benar-benar terkejut, tidak sanggup bernafas. Hatiku hancur," ceritanya.

Wanita 23 tahun tersebut kemudian menghubungi ibu Tucker untuk menyampaikan belasungkawa. Namun alangkah terkejutnya ketika ibunya mengatakan bahwa Tucker masih hidup dan dalam keadaan yang sehat.

"Dia bilang Tucker baik-baik saja. Ibunya malah mengira kami telah berpisah, ia pun tak tahu menahu rencana pernikahan kami," tambahnya.

Belakangan diketahui bahwa pria yang mengaku sebagai ayah Tucker, tak lain adalah temannya sendiri. Lancaster pun segera sadar bahwa Tucker yang menjadi tunangannya sejak dua tahun lalu telah membohonginya. Membuat kabar kematian palsu untuk menghindari pernikahan.

"Dia pembohong dan pengecut. Dia menyuruh temannya berpura-pura menjadi ayah yang sedang berduka. Manusia seperti apa yang tega melakukan hal itu kepada tunangannya sendiri? Ini memuakkan!" kata Lancaster dengan nada kesal.

Fakta lain ditemukan Lancaster, lokasi yang dipilih menjadi tempat berlangsungnya pernikahan mereka bahkan tidak tercatat di daftar pemesanan gedung.

"Ia telah merusak kepercayaanku, aku tidak yakin bahwa aku bisa memulai hubungan baru lagi. Saya selalu mencintainya, aku tak habis pikir dia tega melakukan hal ini kepadaku. Aku menangis sampai mati rasa, sekarang aku benar-benar marah," tambah wanita berambut kemerahan ini.

Mengetahui kebohongannya sudah terbongkar, Tucker pun mengakui kesalahannya kepada sang kekasih. Namun itu semua sudah terlambat.

"Aku orang yang mengerikan. Aku tahu seharusnya tidak mengatakan padanya bahwa aku telah meninggal, tapi aku tidak tahu harus berbuat apa lagi," sesal pemuda 23 tahun ini.

"Alex Lancaster adalah wanita yang luar biasa, tapi aku takut dan ingin segera mengakhiri hubungan ini. Kami hidup di negara yang berbeda, ini benar-benar sulit," tambah Tucker.

Lancaster dan Tucker pertama kali bertemu di Universitas Connecticut, Amerika Serikat pada Agustus 2012 lalu, benih-benih cinta pun tumbuh dan mereka membuat rencana untuk menikah.

"Dia seorang pria yang baik. Dia sering menghadiahiku perhiasan. Setiap tanggal 10 kami selalu pergi makan malam bersama merayakan hari jadi kami. Aku belum pernah merasakan jatuh cinta seperti ini. Saya bertemu keluarganya dan mereka mengganggap saya sebagai anaknya. Ibunya sangat dekat denganku," kenang Lancaster.

Setelah setahun menetap di negeri Paman Sam itu, Lancaster kembali ke Inggris untuk persiapan pernikahannya. Ia pun telah membeli gaun pernikahan, menyewa fotografer dan menyebarkan undangan. Namun rencana itu kini tinggal angan-angan, setelah ia dikhianati kekasihnya.

Tucker telah mengirimi pesan permintaan maaf dan mengembalikan uang $1.200 atau sekitar Rp 14 juta terkait biaya pernikahan. Namun Lancaster menolak.

"Aku tidak akan pernah memaafkannya. Dia hanya seorang pengecut yang tak berani mengatakan langsung kepadaku. Jika memang dia mencintaiku, dia tidak akan melakukan hal ini," kata Lancaster. (Imelia Pebreyanti/Ein)