Sukses

Sosok Wartawan AS yang Dipenggal ISIS di Mata Rekan Kerjanya

Kebanyakan tak menduga jurnalis bernyali itu meninggal dengan cara sadis di tangan militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Liputan6.com, New York - Kematian James Foley sangat disesalkan banyak pihak. Terlebih, kebanyakan tak menduga jurnalis bernyali itu meninggal dengan cara sadis di tangan militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Salah satu rekan kerja Foley, Nicole Tung pun mengaku merasa kehilangan wartawan asal Amerika Serikat (AS) itu. Wanita yang merupakan fotografer freelance itu menggambarkan Foley sebagai sosok yang santai dan ramah.

"Kami mulai melakukan tugas bareng dan bekerja sama karena merasa nyaman satu sama lain," kata Tung mengenang pertemuannya dengan Foley pada tahun 2011 di Libya seperti dikutip dari Washington Post, Kamis (21/8/2014).

Tung mengungkapkan, keduanya pergi ke Suriah bersama-sama lebih dari 12 kali. Oleh sebab itu dirinya mengenal baik sosok Foley.

"Ia pria berkepala dingin yang berpikir sebelum berbicara dan bertindak. Aku tahu bisa mengandalkannya. Dia sangat berdedikasi dan bersemangat meliput di Suriah. Ia wartawan yang obyektif dan menghabiskan waktu sebanyak mungkin di sana, sehingga ia bisa memahami cerita itu dengan baik," kenang Tung.



Pada hari Foley dikabarkan menghilang, Tung seharusnya bertemu dengannya. Ia juga telah saling kontak beberapa jam sebelum Foley ditangkap. Kemudian Tung tidak mendengar kabar lagi tentang jurnalis AFP dan GlobalPost itu.

Hingga akhirnya, muncul kabar soal nasibnya. James Foley diyakini telah dieksekusi oleh kelompok militan Negara Islam Irak Suriah atau ISIS. Dan video pemenggalannya pun menggemparkan dunia.

Selain Tung, teman-teman Foley pun menyatakan duka citanya melalui Facebook sang jurnalis.

"Aku merasa hancur, kaget, marah, sedih dan sangat tersentuh dengan dedikasinya untuk mengungkap kebenaran dalam jurnalisme, kasih sayangnya untuk umat manusia, dan kemampuannya untuk menyenangkan orang lain, setelah semua yang ia alami," tulis salah satu dari mereka.

Sebelumnya, tak lama setelah kepergian Foley pada 22 November tahun 2012 ke bagian barat laut Suriah, keluarganya sempat meluncurkan kampanye media sosial demi pembebasan sang putra yang diculik saat meliput konflik di negara yang dipimpin Bashar Al Assad itu.

Lalu pada Januari 2013 Committee to Protect Journalists (CPJ) memposting video dukungan untuk Foley -- bekerja sama dengan Nicole Tung.

Dalam cuplikan video itu  Foley juga disebutkan pernah ditahan oleh pemerintah Libya selama 6 minggu. Penahanannya yang kedua, di tangah ISIS, menjadi yang terakhir. Sang jurnalis tak akan pulang untuk bertemu orang-orang yang ia kasihi. (Ein)

Bagi Anda yang ingin mengikuti simulasi tes CPNS dengan sistem CAT online, Anda bisa mengaksesnya di Liputan6.com melalui simulasicat.liputan6.com. Selamat mencoba!