Liputan6.com, Boston Wartawan Amerika Serikat (AS) yang baru saja dibunuh dengan cara dipenggal kepalanya oleh ISIS, sudah beberapa kali meliput ke kawasan konflik di Timur Tengah. Selama ditawan sejak akhir tahun 2012, ia sempat berpindah tangan dari satu kelompok ke kelompok lainnya.
Menurut sejumlah sumber Suriah yang sebelumnya berusaha untuk mencari dan menyelamatkan James Foley yang diculik di Suriah, wartawan AS yang diculik itu dipakai oleh sebuah kelompok gerilya sebagai tanda persekutuan dengan ISIS.
Baca Juga
Menurut sumber-sumber itu, Foley tadinya berada di tangan Brigade Dawood, suatu kelompok yang pada awalnya condong kepada kelompok-kelompok oposisi yang bisa dibilang lebih moderat semisal Free Syrian Army (FSA), namun kemudian menyatakan baiat kepada ISIS.
Advertisement
Seperti yang dilansir Liputan6.com dari International Business Times (20 Agustus 2014), bulan lalu dilaporkan para pegiat lapangan dekat Al Bab di Suriah mengatakan bahwa Brigade Dawood, yang sekarang beranggotakan 1.000 orang, mengkhianati FSA dan pindah ke Raqaa untuk bergabung dengan ISIS. Kelompok itu tiba di Raqqa, daerah kekuasaan ISIS, dalam sebuah konvoi yang terdiri dari 100 kendaraan.
Brigade Dawood, yang dulunya bernama Jaysh al-Mujaheedin dan mengganti namanya di akhir tahun 2012, awalnya di bawah pimpinan Abu Mohammed al-Shami al-Absi .
Kelompok itu ditengarai sebagai yang bertanggungjawab atas penculikan John Cantlie dan Jeroen Oerlemans, yang menghilang di Suriah di tahun 2012, demikian menurut sumber-sumber Suriah. Dua wartawan itu diselamatkan oleh faksi pemberontak lainnya dan melarikan diri.
Setelah pembebasan mereka, dua wartawan itu mengkisahkan tentang para penyandera mereka dan mengatakan bahwa banyak diantaranya yang memiliki aksen Inggris, seperti yang terlihat di dalam video pembunuhan James Foley oleh ISIS.
Cantlie, seorang jurufoto lepasan, ditengarai kembali ke Suriah bersama dengan Foley di musim gugur 2012.
Bridage Dawood bergabung dalam aliansi dengan Suqour al-Shaem di kawasan Jabal al-Zawiya di barat daya provinsi Idlib.
Selagi berlangsungnya perang, Suqour al-Sham dan Dawood memperluas pengaruh mereka ke Damaskus dan Aleppo. Kelompok ini kemudian mendapatkan pemimpin baru, Hassan Abboud.
Belum ada perincian tentang para penyandera Foley yang diterbitkan oleh Departemen Dalam Negeri, Gedung Putih, maupun Global Post.
Dalam dua tahun terakhir, banyak desas-desus berkembang tentang keberadaan bebeapa wartawan Amerika yang diculik di Suriah dan cara bagaimana mereka menghilang.
Bagi para orangtua korban penculikan, penyingkapan informasi tentang anak-anak mereka bukanlah keputusan yang gampang. Sebagaimana halnya dengan sekian banyak penyidikan, membuka terlalu banyak informasi malah menambah buruk keadaan.
Dalam kasus James Foley, keluarga dan harian Global Post memutuskan untuk menjaga informasi yang mereka milik tentang penyandera korban.
"Walaupun penyidikan GlobalPost pada suatu masa menuntun kita supaya meyakini bahwa James telah disekap oleh pemerintah Suriah, kami kemudian diberikan alasan kuat untuk meyakini bahwa ia disekap oleh militan di Suriah," kata Philip Balboni, yang adalah CEO dan pendiri GlobalPost, pada Selasa itu.
"Kami menahan informasi itu berdasarkan permintaan pihak keluarga dan sesuai dengan amaran pihak yang berwajib yang bekerjasama untuk melindungi Jim"
"GlobalPost, yang menyewa perusahaan keamanan swasta, telah menimbun begitu banyak informasi yang belum dibuka kepada khalayak." (Ein)