Liputan6.com, Baghdad - Jurnalis Amerika Serikat yang dipenggal kepalanya oleh kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), James Foley mungkin sudah berfirasat maut akan menjemputnya dalam waktu dekat. Atau pesimistis tak ada kemungkinan baginya dibebaskan. Untuk itu, ia menyempatkan diri untuk membuat pesan terakhir bagi keluarganya.
Pesan terakhir jurnalis AS itu pun diposting di halaman Facebook 'Free James Foley' pada Minggu, 24 Agustus 2014. Seperti dimuat media Telegraph, Senin (25/8/2014). Bukan tulisan tangan atau pesan elektronik dari Foley, melainkan pesan lisan yang dihapalkan rekannya. Lalu diterjemahkan ke dalam bahasa tulisan oleh keluarganya.
Dalam pesannya itu, keluarga Foley menuturkan alasan wartawan berusia 40 tahun itu tak bisa mengirim surat tertulis karena selalu saja disita sipir penjara. Jadi, Jim sapaan akrab James Foley meminta sesama rekan sanderanya untuk menghafal pesan menyentuh agar disampaikan ke keluarganya.
Tak lama kemudian, rekan sandera Foley yang dibebaskan langsung menghubungi Diane sang ibunda dan menyampaikan pesan terakhir anaknya.
Isi surat itu diawali Jim dengan mengenang masa lalu, ketika masih bersama keluarganya. "Aku ingat betapa banyak masa-masa indah bersama keluarga, yang membuatku lupa sedang berada dalam penjara. Mimpiku akan keluarga dan teman-teman membuatku lupa dan kebahagiaan langsung mengisi hatiku," ucap teman Jim seraya mengulang perkataan rekannya itu.
"Aku ingat pergi ke mal dengan ayah, naik sepeda dengan ibu. Aku ingat begitu banyak hal-hal bersama keluarga besar, yang membuatku lupa sedang berada di penjara."
"Aku tahu kalian memikirkanku, mendoakanku. Dan aku sangat bersyukur, aku bisa merasakan kalian semua, terutama ketika sedang berdoa. Aku juga mendoakan kalian agar tetap kuat dan tegar. Aku benar-benar bisa merasakan kalian, meski berdoa dalam kegelapan".
Dalam isi suratnya, Foley juga bercerita bahwa ia ditahan dengan 17 sandera lainnya. Mereka menghabiskan waktu dengan membahas film, olahraga dan bermain catur.
Baca Juga
Selain itu, ia juga menceritakan ada risiko ketika sipir menemukan memo atau catatan kecil di dalam sel penjara. Lalu para sandera diberi makan dan minum teh serta kopi setiap hari. "Berat badanku bertambah dibandingkan tahun lalu," kata dia.
"Ada kalanya saya menjalani hari-hari dengan lemah dan kuat. Kami sangat bersyukur bila salah satu di antara kami ada yang dibebaskan, tapi tentu saja kami merindukan kebebasan diri sendiri. Kami saling mendorong dan menguatkan satu sama lain," ucap Foley seperti dituturkan rekannya.
Isi surat tersebut juga secara khusus ditujukan kepada kerabat-kerabatnya yang lain dan diakhiri dengan pesan kepada sang nenek.
"Nenek, minumlah obatmu, teruslah jalan-jalan dan menari. Tetaplah kuat, karena aku membutuhkanmu untuk memperoleh kembali hidupku," tutup Foley.
Advertisement
Setelah itu, muncul video sadis tentang pemenggalan kepalanya yang membuat gempar dunia.
Pada Minggu, 24 Agustus 2014 lalu, peringatan bersama untuk mengenang James Foley dilaksanakan di kota kelahirannya, Rochester, Amerika Serikat.
Setelah acara selesai, Philip Balboni, Presiden Global Post -- mediatempat Foley bekerja -- mengatakan kepada karyawannya, bahwa peristiwa ini membuatnya merenung mengenai kehidupan dan kematian seorang jurnalis.
"Jim adalah contoh dari sebuah keberanian dan pengabdian untuk mencari berita di tempat yang amat sulit, kehangatan dan semangatnya akan hidup selamanya dan membimbing jalan kita ke masa depan," tutur Philip Balboni.
James Foley diculik di Suriah pada November 2012 ketika meliput perang saudara di negara itu. Dan pada Selasa 19 Agustus lalu, Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) merilis sebuah video yang menunjukkan pemenggalan jurnalis itu oleh seorang militan.
Kini pejabat intelijen AS dan Inggris tengah melakukan investigasi untuk mengidentifikasi pelaku eksekusi yang memiliki aksen Inggris itu. (Imelia Pebreyanti/Riz)
Baca juga:
AS Siap Bombardir ISIS di Suriah