Sukses

Pemberontak Suriah Tangkap Pasukan Perdamaian PBB

PBB mengatakan bahwa ada 43 orang yang ditangkap berasal dari Fiji dan 81 tentara yang terjebak yang berasal dari Filipina.

Liputan6.com, Jakarta Kaum pemberontak Suriah dikabarkan menduduki kawasan penting perbatasan dengan Israel, yang dijaga oleh pasukan perdamaian PBB.

Mereka menahan 43 orang penjaga perdamaian PBB di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel dan memerangkap 81 orang lainnya di kawasan itu.

Badan dunia itu sedang mengupayakan pembebasan mereka, kata PBB pada Kamis lalu.

Pasukan penjaga perdamaian yang terimbas berasal dari Filipina dan Fiji, kata jurubicara PBB, Stephane Dujarric kepada para wartawan.

"Selagi memanasnya pertempuran yang dimulai kemarin antara unsur-unsur bersenjata dan Angkatan Bersenjata Suriah di daerah pemisah di Dataran Tinggi Golan, ada 43 penjaga perdamaian dari United Nations Disengagement Observer Force (UNDOF) yang ditahan di awal pagi ini oleh kelompok bersenjata di dekat Al Qunaytirah," demikian bunyi pernyataan kantor pers PBB.

Seperti yang dilansir dari Reuters (28/08/2014), PBB menambahkan bahwa ada 81 penjaga perdamaian PBB lainnya yang terjebak di posisi-posisi mereka di seputar Ar Ruwayhinah dan Burayqah.

Dujarric mengatakan bahwa 81 tentara yang terjebak itu berasal dari Filipina dan 43 orang yang ditangkap berasal dari Fiji.

"PBB melakukan segala upaya untuk memastikan pembebasan para penjaga perdamaian yang ditangkap itu dan untuk mengembalikan kebebasan pergerakan sepenuhnya pasukan itu di seluruh daerah operasinya," demikian dilaporkan.

Duta Besar Inggris untuk PBB, Mark Lyall Grant yang mengepalai Dewan Keamanan (DK) bulan ini, mengatakan kepada para wartawan bahwa para penjaga perdamaian yang terjebak itu dikepung oleh pasukan ISIS.

DK PBB yang beranggotakan 15 negara ini, yang sebetulnya sedang mengadakan rapat tentang keadaan kemanusiaan di Suriah, juga membahas masalah penjaga perdamaian yang diculik itu, demikian kata Lyall Grant.

DK PBB kemudian mengeluarkan pernyataan yang secara tegas mengutuk penangkapan para penjaga perdamaian dan menyerukan pembebasan yang segera. Sekretaris Jendral PBB, Ban Ki-moon juga mengulang pernyataan DK PBB dalam pernyataannya sendiri yang mengutuk penangkapan itu.

Dujarric ditanyai tentang aturan bagi penjaga perdamaian dalam situasi demikian.

"Dalam keadaan ekstrem, pasukan ini dilatih dan siap dan dipersenjatai untuk membela diri mereka, namun, tentu saja, tiap situasi harus ditelaah menurut kasus demi kasus," katanya.

Para petinggi PBB mengatakan bahwa para penjaga perdamaian itu, yang bertugas memantau penghentian permusuhan, membawa senjata-senjata ringan dan hanya dipakai dalam keadaan sangat mendesak.

Dalam situasi sebelumnya di mana penjaga perdamaian UNDOF ditawan, pasukan itu tidak menggunakan senjata mereka.

Penyebrangan Quneitra di Golan adalah dataran strategis yang dicaplok Israel dalam perang Timut Tengah tahun 1967. Suriah dan Israel secara teknis masih berada dalam peperangan.

Tentara Suriah tidak diperkenankan di daerah pemisahan menurut gencatan senjata tahun 1973 yang disahkan pada tahun 1974.

UNDOF memantau daerah pemisah itu, yaitu suatu jalur tanah yang sempit sepanjang 70 km mulai dari Gunung Hermon di perbatasan Lebanon hingga ke Sungai Yarmouk di Yordania.

Sebelum perang sipil Suriah yang memasuki tahun ke empat ini, wilayah itu biasanya tenang sehinga terkadang membosankan bagi para penjaga perdamaian.

Pasukan yang sekarang berasal dari Fiji, India, Irlandia, Nepal, Belanda dan Filipina. PBB mengatakan minggu ini bahwa Filipina telah memutuskan untuk menarik pasukannya dari UNDOF dan dari pasukan PBB di Liberia, suatu negara yang sedang bergulat melawan penyebaran virus Ebola yang mematikan.

Pasukan helm biru PBB diciduk kaum militan di bulan Maret dan Mei 2013. Dalam dua peristiwa itu, mereka dibebaskan tanpa masalah.

Austria, Jepang dan Kroasia telah menarik pasukan mereka dari UNDOF karena memburuknya keamanan dan merembesnya perang Suriah. (Ein)