Liputan6.com, Gwoza Kelompok garis keras Boko Haram masih terus mengobarkan pemberontakan. Sebagai akibat dari kebiasaan kelompok tersebut yang dilaporkan selama pemberontakan ini, pihak-pihak yang rentan, yakni kaum wanita dan anak-anak, kembali menjadi korban.
Sebagaimana yang dilansir Liputan6.com dari International Business Times (29/08/2014), kelompok garis keras Boko Haram di Nigeria telah menerapkan hukum syariah -- yang mereka tafsirkan sendiri -- di kota Gwoza dan memenggal kepala pria-pria dewasa di sana serta memaksa istri-istri mereka menikah dengan anggota-anggota kelompok itu, demikian menurut laporan-laporan media setempat.
Baca Juga
Tindakan keji terhadap penduduk kota ini diungkapkan oleh Gideon Obasogie, Direktur Komunikasi Masyarakat di Dioses Katolik Maidaguri, ibukota negara bagian Borno.
Advertisement
Dalam pernyataan kepada para wartawan, ia memastikan bahwa pria-pria dewasa dipenggal karena tidak mau berpindah agama.
“Pria-pria itu diringkus dan dipenggal, wanita-wanita dipaksa berpindah agama dan dijadikan istri untuk anggota-anggota teroris itu,” katanya.
“Bangunan-bangunan gereja dibakar habis. Warga Kristen di kota ini benar-benar dalam situasi yang mengerikan. Rumah-rumah mereka sekarang ini didiami oleh Boko Haram.”
“Jelaslah bahwa tidak ada yang setuju dengan terorisme, namun sangat jelaslah bahwa warga Kristen di sana paling terkena,” tambahnya.
Andrew Noakes, koordinator untuk Jaringan Keamanan Nigeria (Nigeria Security Network/NSN) mengatakan bahwa walaupun taktik-taktik keji itu bukanlah sesuatu yang baru, kelompok itu sekarang memiliki “sumberdaya, rasa percaya diri dan kemampuan organisasi” untuk memperluas kendali mereka ke kawasan-kawasan pedesaan dan kota-kota seperti Gwoza.
“Boko Haram memiliki riwayat panjang menyerang warga Kristen, melakukan pemenggalan-pemenggalan, dan memaksa kaum wanita untuk pindah agama dan menikahi anggota-anggota milisi. Begitulah, remaja-remaja putrid Chibok diyakini telah dipaksa berpindah agam dan dipaksa menikah,” katanya.
Laporan-laporan pemenggalan-pemenggalan itu mengingatkan kepada ISIS, yang sekarang bernama IS, dan gerakan mereka di utara Irak dan timur laut Suriah. Noakes mengatakan bahwa ada kesamaan yang gamblang antara taktik yang dipakai oleh Boko Haram dengan IS.
“Ada keserupaan antara cara Boko Haram dan ISIS maju pesat, cepat merebut wilayah, dan mengancam pusat-pusat padat penduduk. Ada juga keserupaan antara cara memperlakukan warga Kristen dan tentara-tentara yang tertangkap. Kita juga mengetahui bahwa Boko Haram telah membaiat kesetiaan kepada ISIS.”
Tiga negara bagian di utara, yaitu Borno, Yobe dan Adamawa, telah berada di bawah keadaan darurat sejak bulan Mei 2013 dan pemberontakan kelompok itu terus menggerus pemerintahan Jonathan Goodluck.
Serangan-serangan yang disebabkan oleh kelompok itu terjadi di kota-kota di utara semisal Maiduguri dan Kano, namun jangkauannya telah mulai merebak ke selatan, dengan adanya ledakan-ledakan bom di kota-kota Sabuk Tengah seperti Jos dan Abuja, ibukota Nigeria.
Di awal tahun ini, kelompok itu menculik lebih dari 200 siswi di desa Chibok dan menyedot perhatian internasional atas perang melawan terorisme di negara di barat benua Afrika itu.
Menurut Human Rights Watch, Boko Haram telah membunuh setidaknya 2.053 orang sejak awal tahun 2014 ini. (Ein)