Sukses

Ini Warga Inggris Target Pemenggalan ISIS Berikutnya

Kelompok militan yang dikenal dengan sebutan ISIS itu mengumumkan target berikutnya untuk dieksekusi mati setelah James Foley dan Sotloof.

Liputan6.com, Aleppo - Setelah tersiar kabar beredarnya video pemenggalan jurnalis Amerika Serikat --James Foley dan Steven Sotloff, kelompok militan di Suriah dan Irak yang dikenal dengan sebutan ISIS itu mengumumkan target berikutnya untuk dieksekusi mati.

Seperti diberitakan banyak media, salah satunya News.com.au yang dikutip Rabu (3/9/2014), target itu adalah pria kelahiran Inggris yang diidentifikasi bernama David Cawthorne Haines.

"Kami mengambil kesempatan ini untuk memperingatkan para pemerintah yang telah memasuki aliansi ini untuk mundur dan meninggalkan orang-orang kita sendiri," ucap pria berpakaian dan bercadar serba hitam itu dalam rekaman video yang sudah tersebar di YouTube.

Algojo itu juga memperingatkan sandera dari Inggris itu yang akan menjadi target berikut, dalam daftar kematian ISIS. Kecuali Amerika Serikat mengakhiri serangan udara terhadap mereka.

Video eksekusi Steven Sotloff muncul setelah rekaman James Foley dipenggal oleh militan tersebar pada 19 Agustus.

Sejauh ini, Kantor Luar Negeri Inggris belum mengonfirmasi atau mengomentari video itu. Namun menurut ISIS, pemilihan warga Inggris dilakukan karena Inggris bersekutu dengan AS melawan kelompok militan tersebut.

Pekerja Sosial

Menurut USA Today, David Cawthorne Haines bekerja untuk kelompok bantuan non-profit dan mengelola sebuah perusahaan yang berbasis di Kroasia. Ia juga sempat berada di Peaceforce, kelompok penjaga perdamaian sipil di Sudan Selatan pada tahun 2012.

Juru bicara organisasi yang berbasis di Belgia, Tiffany Easthom, Haines bekerja untuk kelompok bantuan ACTED, ketika ia diculik pada Maret tahun lalu di Suriah.

"Seorang teman juga diculik dan dibebaskan beberapa bulan yang lalu, dan kami berharap Haines juga akan dibebaskan," ungkap Easthom kepada NBC.

Menurut profil Mr Berdasarkan profil Haines di LinkedIn, ia tinggal di Kroasia dan memiliki pengalaman kerja 23 tahun bergulat di perusahaan swasta, LSM dan lingkungan militer. Ia menikah dengan seorang wanita Kroasia bernama Dragana Prodanovic dan mereka memiliki seorang putri. Bahkan ia sempat turut serta membantu membangun kembali negaranya, setelah Perang Yugoslavia yang berakhir pada tahun 1999.

Haines bukan satu-satunya sandera saat ini ditahan oleh ISIS. Gerilyawan yang merebut Kota Mosul pada bulan Juni ini dilaporkan mengambil alih konsulat Turki dan menangkap 49 orang termasuk Konsul Jenderal dan tiga anak.

Namun media Turki telah dilarang melaporkan krisis yang sedang berlangsung.

Diberitakan Reuters, baru-baru ini tiga orang Amerika dan sekitar 10 sandera dari negeri barat masih ditahan oleh kelompok militan itu. Namun beberapa sandera ada juga yang telah dibebaskan, salah satunya wartawan Prancis Didier Francois.

Jurnalis yang ditawan bersama James Foley di Suriah pun menceritakan pengalamannya kala ditahan selama 10 bulan bersama dengan rekannya Nicolas Henin, Edouard Elias dan Pierre Torres.

"Kami tidak selalu diperlakukan dengan baik, kami dirantai bersama-sama dalam sel bawah tanah tanah dan tidak ada cahaya alami," ucap Francois. (Ans)