Sukses

Pesan Keluarga Wartawan AS yang Dipenggal untuk 'Khalifah' ISIS

Jurnalis AS Steven Sotloff dieksekusi oleh ISIS dengan cara yang sama sadisnya dengan James Foley.

Liputan6.com, Miami - Dalam 2 minggu kelompok militan Islamic State in Iraq and Syria (ISIS) -- yang secara sepihak mendeklarasikan diri sebagai Daulah Islamiyah -- memenggal kepala 2 jurnalis Amerika Serikat. James Foley, kemudian Steven Sotloff. Adegan sadis detik-detik nyawa mereka lepas dari raga direkam  dalam video dan disebarkan kaum ekstremis tersebut.

Keluarga Steven Sotloff yang berduka menyampaikan pesan khusus pada 'khalifah' ISIS.

"Saya punya pesan untuk Abu Bakr al-Baghdadi," kata juru bicara keluarga, Barak Barfi dalam Bahasa Arab seperti Liputan6.com kutip dari CNN, Kamis (4/9/2014). "Ramadan adalah bulan rahmat dan pengampunan. Di mana belas kasihan Anda?"

"Wayluk," kata Barfi, menggunakan istilah Bahasa Arab yang bisa diterjemahkan  "melakukan dosa besar".

Pernyataan keluarga mengutip ayat-ayat Al Quran, dan bertanya pada al-Baghdadi mengapa ia justru melanggar ajaran sejati dalam kitab suci umat Islam itu.

"Saya di sini untuk berdebat dengan Anda. Aku tak punya pedang di tangan, dan siap menerima apapun jawaban Anda."

Lalu, dalam Bahasa Inggris, Barfi berkata para wartawan yang menunggu di depan rumah keluarga korban di Miami, "Hari ini kita berkabung, pekan ini kita berduka. Namun, kami akan bangkit dari cobaan ini... tak akan membiarkan musuh menyandera kita dengan senjata pamungkas mereka: rasa takut."

'Kami Tak Akan Lupa'

Pernyataan keluarga dikeluarkan beberapa jam setelah Presiden Barack Obama mengatakan bahwa AS tak akan terintimidasi pembunuhan 2 jurnalisnya.

"Mereka yang membuat kesalahan dengan menyakiti warga AS akan tahu, kita tak akan lupa...kita memiliki jangkauan yang panjang dan akan menuntut keadilan," kata Obama dalam konferensi pers di Estonia, saat ia sedang bertemu dengan para pemimpin Baltik.

Sebelumnya ISIS berdalih, pembunuhan 2 wartawan AS dipicu keputusan Obama untuk melakukan serangan udara di Irak, untuk menggempur ISIS.

Video eksekusi Sotloff  di-posting secara online pada hari Selasa lalu. Mirip dengan video pemenggalan James Foley, korban berlutut di padang pasir, mengenakan baju oranye mirip seragam tahanan.

Algojo bertopeng berdiri, memegang pisau. "Aku kembali, Obama. Kembali lagi, karena  kebijakan luar negeri aroganmu terhadap 'Negara Islam'," kata algojo itu.

"Seperti halnya rudal Anda yang terus menyerang orang-orang kami, pisau kami akan terus menyerang leher orang-orang Anda."

Algojo -- diduga orang yang sama yang memenggal Foley. Pemenggalan juga dilakukan di lokasi serupa, yang mungkin di sekitar Raqqa, salah satu daerah paling aman untuk ISIS. Demikian kata Peter Neumann, seorang profesor di King's College London.

"Sebuah koreografi yang sama persis," kata Neumann. "Wartawan berbicara, algojo bicara. Kemudian korban dipenggal."

Dalam video yang sama, juga ditunjukkan 'calon korban' selanjutnya, seorang sandera asal Inggris.

Pemerintah Inggris mengatakan telah berusaha untuk menyelamatkan salah satu warganya yang disandera oleh ISIS beberapa waktu lalu, tapi gagal.

Namun, Menteri Luar Negeri Inggris Philip Hammond tak memberikan rincian apa saja yang telah dilakukan pihaknya.

"Namun, saya dapat meyakinkan Anda bahwa kami akan mempertimbangkan setiap opsi yang memungkinkan untuk melindungi orang ini."

Inggris pun menggemakan sentimen yang sama dengan Obama. "Negara ini tak akan menyerah pada teroris... tidak akan gentar dengan para pembunuh biadab," kata Perdana Menteri David Cameron, pasca-pemenggalan Steven Sotloff. (Yus)