Sukses

5-9-1972: 'Black September', 11 Atlet Olimpiade Israel Terbunuh

Kelompok militan Black September menyerbu tempat tinggal atlet Israel di Olimpiade Munich. Penanganan aparat yang gegabah memicu tragedi.

Liputan6.com, Jakarta - Jarum jam baru sesaat beranjak dari pukul 04.00, Sabtu 5 September 1972, 8 militan Black September asal Palestina tiba di pinggiran Munich, Jerman. Mereka memanjat pagar tinggi yang melindungi ribuan atlet yang sedang lelap tertidur di Desa Olimpiade.

Membawa senapan dan granat, mereka berlari ke arah Apartemen Connolystrasse, Blok 31, tempat tinggal atlet Israel -- yang bersebelahan dengan asrama atlet Hong Kong dan Uruguay.

Atlet Inggris, David Wilkie kala itu tak sadar menjadi saksi peristiwa tragis. Saat itu, ia dan rekannya melihat 2 orang dengan baju jogging melompati dinding. Tak ada yang menaruh curiga, mengira para pelompat itu adalah atlet.

Lalu, "Saat berjalan kembali dari tempat makan, kami melihat seseorang mengenakan balaclava di balkon blok apartemen atlet Israel. Jarak kami dengan orang itu tak lebih dari 25 meter," kata dia seperti Liputan6.com kutip dari Daily Mail.

Di apartemen pertama, para penyerang menangkap sekelompok official dan pelatih: Yossef Gutfreund, Amitzur Shapira, Kehat Shorr, Andrei Spitzer, Jacov Springer, dan Moshe Weinberg.

Di apartemen lain, mereka menyeret sejumlah olahragawan gulat dan angkat besi Israel: liezer Halfin, Yossef Romano, Mark Slavin, David Berger, dan Zeev Friedman. Para atlet melawan, penyerang pun melepas tembakan. Romano dan Weinberg pun tewas, 9 lainnya dijadikan sandera -- untuk ditukarkan dengan 234 tahanan yang ada di penjara-penjara negeri zionis. Juga pembebasan pemimpin kelompok kiri Baader-Meinhoff dari penjara Jerman Barat dan rute aman menuju Mesir,

Maka dimulailah pengepungan dan tragedi yang masih menjadi salah satu serangan teror paling signifikan di zaman modern. Gegap gempita olimpiade berakhir, berganti pandangan cemas warga dunia yang menatap layar kaca yang menayangkan siaran langsung penyanderaan.

Kanselir Jerman Barat Willy Brandt lantas menghubungi Perdana Menteri Israel Golda Meir melalui telepon. Israel enggan memenuhi tuntutan tersebut. Jerman sendiri bersedia membebaskan pemimpin Baader-Meinhof, Ulrike Meinhof dan Andreas Baader.

Akhirnya 8 anggota Black September dan 8 tawanan dibawa dengan bus Volkswagen ke Bandara Furstenfeldbruck menuju Jet 727 yang menunggu. Pemerintah Jerman hendak menjebak komplotan tersebut. Di bandara inilah komplotan tersebut minta disiapkan sebuah pesawat yang akan menerbangkan mereka ke Kairo, Mesir.

Jet gadungan pun disiapkan dengan 5-6 personel polisi yang disamarkan sebagai kru pesawat dan dengan mengerahkan penembak jitu, pihak Jerman mengetahui sekiranya ada 8 orang penyandera yang tidak menggunakan pengaman senjata apapun.

Sampai sejauh itu semuanya lancar hingga helikopter lepas landas membawa para penyandera beserta tawanannya. Namun, upaya pembebasan menjadi kacau. Malapetaka bermula ketika dua petugas kepolisian mulai bertindak gegabah dan memicu serangkaian insiden penembakan antara pihak kepolisian Jerman Barat termasuk para penembak jitu dengan para penyandera yang berujung atas kematian tragis bagi kedua belah pihak.

Drama penyanderaan 21 jam itu berakhir dengan ledakan helikopter hingga mengkibatkan kematian semua sandera.

Sebelas atlet Israel, tiga anggota Black September dan seorang polisi Jerman Barat tewas. Tragedi 1972 menjadi kekerasan terburuk dalam sejarah Olimpiade modern, sejak kali pertama diselenggarakan pada 1896.

Balas Dendam

Israel yang marah memutuskan balas dendam. Secara diam-diam, Perdana Menteri Israel kala itu, Golda Meir,  melancarkan Operasi 'Wrath of God'. Negeri zionis mengirimkan agen Mossad untuk menghabisi orang-orang Palestina yang diduga terkait dengan pembantaian 1972.

Salah satunya adalah Mohammed al-Hamshari, aktivis PLO yang tinggal di Paris. Mereka menanam bom kecil di bawah meja telepon. Saat target masih ke flatnya sendirian, telepon berbunyi.

"Apakah Anda Tuan  Hamshari," kata agen Israel dalam Bahasa Arab, seperti dikutip Liputan6.com dari The Independent, Kamis 4 September 2014. "Ya, saya Mahmoud Hamshari," jawab orang di seberang telepon. Lalu, bom meledak. Target tewas tak lama kemudian.

Ehud Barak, pimpinan Sayeret Matkal, yang kelak menjadi PM Israel, memimpin operasi di Beirut yang menewaskan 3 orang Palestina. Ia menyamar sebagai perempuan, dengan wig hitam dan wajah ditemploki make up tebal. Granat tangan tersembunyi di bra yang ia kenakan. Bahan peledak juga ada di dalam tas wanita yang dijinjingnya.

Mossad mengklaim, mereka membunuh orang-orang yang terkait dengan peristiwa Munich. Namun, faktanya, mayoritas mereka yang tewas dalam perburuan selama 2 dekade adalah intelektual, politisi, dan penyair Palestina yang tak terbukti terkait.

Pada hari yang sama, tahun 1666, kebakaran besar di Kota London berhasil dipadamkan. Kemudian pada 5 September 1910, Marie Curia mengumumkan pada  French Academy of Sciences di Sorbonne bahwa ia menemukan prosedur untuk mengisolasi radium. Ia menemukan unsur radium. (Yus)