Sukses

Bercadar, Caleg di Tunisia Menuai Kontroversi

Sejumlah pihak memprotes adanya caleg yang memakai cadar, karena dinilai sulit untuk dikenali identitasnya. Tapi ada juga yang mendukung.

Liputan6.com, Tunis - Tunisia segera menggelar Pemilihan Legislatif (Pileg) pada 26 Oktober 2014 mendatang. Sejumlah calon anggota legislatif (caleg) mulai memdeklarasikan diri. Namun ada caleg yang menuai kontroversi.

Yakni seorang caleg wanita dari Partai Independen Nasional yang menggunakan cadar. Tak disebutkan siapa namanya. Sejumlah pihak memprotes adanya caleg yang memakai burqa, karena dinilai sulit untuk dikenali identitasnya.

"Ini sepertinya upaya untuk menaikkan pamor partai dan dia saja. Dengan menggunakan cadar seperti itu, seperti bukan wanita beneran yang terjun di pertarungan politik," ujar Ketua Asosiasi Demokrasi Tunisia, Bakhta Bilqadhi, seperti dimuat Al-Arabiya, Kamis (11/9/2014).

Seorang pengamat politik bernama Raja bin Saleh juga memprotes adanya caleg bercadar. Dia menguraikan pendapatnya soal penolakan tersebut kepada Ketua Pemilihan Umum Tunisia melalui Facebook.

Menurut pria yang juga menjadi aktivis demokrasi itu, seorang wakil rakyat tak layak bercadar karena sangat sulit untuk mengenalinya. Dia mengkhawatirkan kemungkinan si caleg menipu lewat cadarnya.

"Tak mungkin, menurut saya, untuk menerima lelucon seperti ini, untuk menerima ada calon bercadar di pemilu. Bagaimana caranya kita bisa percaya kalau wanita yang memakai cadar itu adalah orang yang sama. Kalau hanya suaranya saja tak cukup untuk dikenali," ujar Raja.

"Nanti bisa saja pas sudah terpilih, suaminya yang mewakilkan berpidato seperti yang pernah saya lihat di negara lain," imbuh dia.

Ketua Partai Independen Nasional Bilhasan al-Naqash mengatakan langkah pencalonan anggotanya merupakan sebuah gebrakan baru di Tunisia. "Ini langkah baru yang tidak pernah ada sebelumnya," katanya.

Sekretaris Jenderal Partai Reformasi Islam, Mohammed al-Qomani, menyatakan dukungannya untuk si caleg bercadar. Dia mengatakan, pakaian yang dipakai seseorang tidak bisa dijadikan ukuran kualitas pemimpin. Jadi tak perlu membeda-bedakan berdasarkan busana yang dikenakan.

"Perempuan bercadar juga punya hak untuk berdemokrasi dan mencalonkan diri pada pemilu," ujar al-Qomani. (Yus)

Video Terkini