Liputan6.com, Gaza - Usai konflik 50 hari antara Israel dan milisi Palestina, anak-anak Gaza kembali bersekolah. Ada sekitar setengah juta anak yang kembali mengikuti aktivitas belajar-mengajar. Tahun ajaran baru ditunda selama lebih 2 pekan, setelah perang yang menewaskan lebih 2.140 warga Palestina.
"Ada lebih dari 500 anak-anak yang tewas. Selain itu, 200 sekolah rusak dan beberapa hancur sama sekali karena pengeboman," beber seorang perwakilan Badan PBB bagi Bantuan untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) seperti dilansir BBC News yang dikutip Liputan6.com, Senin (15/9/2014).
UNRWA mencatat, konflik yang dimulai pada 8 Juli 2014 silam itu adalah yang terbanyak menewaskan warga sipil sejak penarikan mundur pasukan Israel dari wilayah Palestina pada tahun 2005.
Hingga saat ini, sebagian sekolah di bawah PBB masih dipakai sebagai tempat perlindungan bagi penduduk yang harus meninggalkan tempat tinggalnya lantaran kecamuk perang antara tentara Israel dan milisi Hamas.
Lantaran itulah imbuh perwakilan UNRWA, tahun ini para guru dan pengurus sekolah mengatakan mereka akan memusatkan perhatian lebih dulu kepada trauma emosional yang kemungkinan masih dirasakan anak-anak.
"Sejumlah anak diberikan konseling kejiwaan sebelum mengikuti pelajaran di kelas umum," ucap perwakilan UNRWA tersebut.
Selain itu, UNRWA yang menjalankan 245 sekolah di Gaza, memberikan pelatihan khusus kepada sejumlah guru.
Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB memperkirakan 373 ribu anak di Gaza akan memerlukan dukungan psikososial secara langsung dan khusus pada tahun ajaran ini.
Sementara, kelompok hak asasi Israel Gisha menyatakan sebelum perang, Gaza sudah kekurangan 259 sekolah. "Sebagian karena pembatasan yang diterapkan Israel terhadap pengiriman bahan bangunan," demikian pernyataan kelompok tersebut.
Masih Trauma Perang, Anak-anak Gaza Kembali Bersekolah
Ada lebih dari 500 anak Gaza yang tewas. Selain itu, 200 sekolah rusak dan beberapa hancur sama sekali karena pengeboman.
Advertisement