Liputan6.com, Roma - Tiga badan PBB, United Nations food agency (FAO), International Fund for Agricultural Development (IFAD) dan World Food Programme (WFP) merilis laporan terbaru pada Selasa, 16 September, yang menunjukkan jumlah orang yang mengalami kekurangan gizi telah menurun lebih dari 100 juta. Namun bukan berarti kelaparan lenyap.
Meskipun mengalami penurunan namun diperkirakan, sekitar 805 juta atau 1 dari 9 orang masih menderita kelaparan. Sebanyak 791 juta kasus diantaranya terjadi di negara-negara berkembang.
Sejumlah pejabat PBB mengaku penurunan angka tersebut masih jauh di bawah target mereka dalam upaya memberantas masalah kemiskinan dan kelaparan global -- untuk mengurangi setengah jumlah orang yang menderita kelaparan antara tahun 1990 dan 2015.
Jose Graziano da Silva, direktur FAO mengatakan, "Kami pada dasarnya memiliki waktu 15 bulan lagi untuk mencapai target. Tapi pengukuran sebenarnya akan selesai dalam waktu sekitar 2 tahun. Satu-satunya cara untuk mencapai target ini adalah dengan meningkatkan upaya untuk memiliki akselerasi yang cukup untuk memenuhi target." Seperti dikutip dari VOA, Rabu (17/9/2014).
"Kemajuan dalam mengurangi kelaparan sangat tidak merata di negara berkembang. Kemajuan terbesar terjadi di Amerika Latin serta Asia Tenggara, namun tidak dengan negara di Asia Barat," lanjutnya.
Menurut laporan yang bertajuk 'The State of Food Insecurity in the World', negara-negara seperti Brasil, Indonesia dan Malawi berhasil mengurangi separuh proporsi populasi rakyat yang kekurangan gizi melalui investasi dan pembuatan kebijakan di berbagai area mulai dari agrikultur hingga penyediaan makanan di sekolah.
"Jika anda melihat situasi hari ini maka anda tahu bahwa negara-negara di Afrika menyumbang sekitar seperempat dari populasi penduduk di dunia yang mengalami kelaparan. Asia Selatan bahkan menyumbang angka yang lebih tinggi. Jumlah orang di Asia Selatan yang mengalami kelaparan mencapai lebih dari setengah miliar orang," ujar da Silva.
Terdapat 4 dimensi ketahanan pangan: ketersediaan pasokan pangan yang cukup, kemampuan penduduk untuk memperoleh pangan dan stabilitas harga makanan, pola cuaca dan hasil panen.
Laporan PBB itu menyebutkan, "Ketahanan pangan dan gizi menjadi prioritas utama sebagai syarat pemberantasan kelaparan." Hal tersebut mencakup investasi pemerintah dan swasta untuk meningkatkan produksi pertanian, akses yang lebih baik berbasis teknologi dan perlindungan sosial bagi masyarakat yang rentan -- terutama dengan membangun ketahanan terhadap konflik dan bencana alam.
"Sebuah dunia tanpa rasa lapar mungkin saja terwujud, laporan ini merupakan panggilan kepada kami untuk melakukan sebuah tindakan untuk mengurangi kepalaran global," tutup Ertharin Cousin, Direktur World Food Programme (WFP). (Â Imelia Pebreyanti/Ein)
Baca juga:
Baca Juga
Ilmuwan: Sukun Alias Breadfruit Makanan Super
Advertisement