Liputan6.com, Tokyo - Dubes RI untuk Jepang Yusron Ihza Mahendra mendapat penghargaan “The Higashikuni-Nomiya International Prize” yang dianugerahkan melalui upacara yang berlangsung di Tokyo pada Kamis 18 September 2014.
"The Higashikuni-Nomiya Memorial Foundation" atau lembaga dari lingkungan keluarga Istana Kekaisaran Jepang juga menetapkan Yusron sebagai penerima utama dari delapan penerima anugerah sejenis kali ini.
Sebelum Yusron, penghargaan serupa pernah pula dianugerahkan oleh lembaga di atas, antara lain, kepada Perdana Menteri (PM) Jepang Tekeo Miki, PM Yasuhiro Nakasone, PM Noboru Takeshita, dan Kiichiro Toyoda (Presiden Direktur Toyota Motor Company). Yusron adalah warga negara Indonesia pertama yang menerima penghargaan tersebut.
The Higashikuni-Nomiya Memorial Foundation menganugerahkan penghargaan kepada Yusron atas karya akademis yang bersangkutan, yaitu disertasi S3 di bidang Politik Ekonomi Internasional yang dipertahankan Yusron di Universitas Tsukuba, Jepang, pada tahun 1997.
Panitia menilai karya tersebut sebagai karya monumental dan selangkah lebih maju dibanding pemikiran-pemikiran yang berlaku pada masa itu.
"Karena itu, maka panitia merasa perlu untuk memberi penghargaan terhadap karya Yusron yang sekarang menjabat sebagai Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang," ujar Profesor Akegawa dalam kata pengantar saat upacara penganugerahan penghargaan, dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, dan dimuat Jumat (19/8/2014).
Inti disertasi S-3 berbahasa Jepang berjudul "Ganko-Ketai Moderu no Shinwa-shei" (Mitos Model Flying Geese) yang ditulis Yusron empat belas tahun silam itu adalah sanggahan yang mengingkari keabsahan teori-teori tentang keajaiban ekonomi Asia yang sedang dielu-elukan dunia saat itu. Khususnya, teori Flying Geese Model, dimana Yusron membantah validitas fenomena keajaiban ekonomi Asia kala itu.
"Tidak ada yang ajaib dengan ekonomi Asia," tulis Yusron dalam disertasinya. Pernyataan ini diulangi Yusron dalam Memorial Speech berbahasa Jepang saat penganugerahan penghargaan di atas.
Alasannya, menurut Yusron, karena fenomena yang disebut sebagai "keajaiban" itu akan terjadi di mana pun juga dan tidak hanya terbatas di Asia. Khususnya, jika Jepang melakukan relokasi industri melalui Penanaman Modal Asing Langsung (Foreign Direct Investment, FDI) ke sebuah negara.
"Pemikiran tentang keajaiban ekonomi Asia adalah pemikiran menyesatkan (misleading) yang mendorong orang untuk percaya serta menganggap pertumbuhan ekonomi yang semu di Asia (selain Jepang) sebagai pertumbuhan yang sejati. Sejarah telah mencatat bahwa kelengahan yang disebabkan oleh kepercayaan terhadap mitos keajaiban Asia ini, terbukti harus dibayar mahal oleh negara-negara Asia ketika pertumbuhan ekonomi Asia yang semu dan rapuh itu luluh-lantak dilibas krisis moneter dan krisis ekonomi Asia," tandas Yusron. (Ans)
Dubes RI Yusron Ihza Mahendra Raih Penghargaan dari Jepang
Yusron adalah warga negara Indonesia pertama yang menerima penghargaan dari Kekaisaran Jepang.
Advertisement