Liputan6.com, Manila - Kelompok militan Filipina Abu Sayyaf diduga mengancam akan membunuh dua sandera Jerman yang ditangkap pada bulan April. Mereka memberikan dukungan terhadap militan ISIS. Hal itu mengemuka dari laporan sebuah layanan monitoring SITE Intelligence Group, yang memantau kelompok ekstrem.
"Kelompok Abu Sayyaf akan membunuh salah satu dari dua sandera jika tuntutan tidak dipenuhi dalam waktu 15 hari," tulis militan itu dalam pesan yang diposting melalui media sosial Twitter dan terlacak SITE Intelligence Group, seperti dimuat Reuters yang dikutip Kamis (25/9/2014).
Baca Juga
Kelompok itu juga menuntut uang tebusan US$5,6 juta atau sekitar Rp 67 miliar.
"Pesan itu terkait dengan kelompok Abu Sayyaf yang berbasis di Filipina. Mereka mengancam akan membunuh 2 sandera Jerman kecuali jika pihak Berlin membayar uang tebusan dan menghentikan dukungannya kepada Amerika Serikat yang menyerang ISIS," jelas kelompok pemantau SITE.
Advertisement
Dikutip dari BBC, sejauh ini pihak Jerman mengatakan telah mendengar laporan itu. Tapi mereka menolak untuk menarik dukungannya terhadap AS untuk memerangi ISIS. Kedutaan Jerman di Manila menolak berkomentar.
"Ancaman itu bukan cara yang tepat untuk mempengaruhi kebijakan kami di Suriah dan Irak," ujar juru bicara kementerian luar negeri Jerman menanggapi kabar tersebut.
Jubir tersebut menambahkan, bahwa Jerman tidak akan mengubah strategi yang sudah ada untuk memberikan dukungan militer dan persediaan logistik bagi para pejuang Kurdi Peshmerga yang memerangi ISIS di Irak.
Dilansir dari longwarjournal.org, dua teroris yang diculik kelompok teroris Abu Sayyaf -- yang aktif sejak awal 1990-an-- diidentifikasi sebagai Stefan Okonek dan Henrike Dielen.
Kelompok Abu Sayyaf telah menyatakan kesetiaannya kepada ISIS, yang saat ini telah menguasai sebagian besar kawasan Irak dan Suriah.
Kelompok Abu Sayyaf, yang juga dikenal sebagai Al Harakat Al Islamiyya adalah sebuah kelompok separatis yang berbasis di sekitar wilayah kepulauan di Filipina selatan, antara lain Jolo, Basilan, dan Mindanao.
Pada tahun 2001, pemberontak Abu Sayyaf di selatan Pulau Basilan memenggal seorang warga Amerika yang ditawan di sebuah resor pulau di Provinsi Palawan. Dua WN AS lainnya ditahan selama lebih dari setahun -- satu tewas dalam operasi penyelamatan, lainnya selamat dengan luka ringan. (Ein)