Liputan6.com, Guangzhou - Insiden kecelakaan udara terburuk pernah tercatat pada 2 Oktober 1990. Melibatkan sebuah penerbangan China, Xiamen Airlines yang mulanya dibajak. Dalam Today in History kali ini, detik-detik momen tragis itu akan diungkap.
"Pembajak meledakkan bom selama penerbangan, menyebabkan Boeing 737 membentur landasan dan menabrak Boeing 757 yang sedang parkir," demikian breaking news kala itu dikutip dari situs Air Safe -- salah satu laman penerbangan.
Melalui salah satu situs itu, dibeberkan pesawat yang dibajak itu mendarat di bandara Kota Guangzhou dan menabrak dua pesawat lainnya di landasan. Termasuk satu pesawat yang menunggu giliran untuk lepas landas.
"75 Dari dari 93 penumpang tewas dalam penerbangan 737-200, Guangzhou, China," tulis media-media Tiongkok. Dalam penerbangan itu, 7 dari 9 awak pesawat juga meregang nyawa.
Burung besi pertama yang ditabrak adalah Southwest Airlines Boeing 707-3J6B. Melukai pilot yang sedang berada di dalam kokpit.
Sementara, maskapai kedua yang turut menjadi korban adalah China Southern Airlines penerbangan 2812. 46 Dari 110 penumpang tewas, 8 di antaranya berasal dari Taiwan. Sedangkan 12 Kru dalam Boeing 757-200 yang sedang parkir menunggu giliran terbang ke Shanghai itu selamat.
Di Xiamen Airlines, korban tewas termasuk 30 warga Taiwan, 3 dari Hong Kong dan 1 dari Amerika.
Advertisement
Pencari Suaka
Pembajak dalam penerbangan Boeing 737-200 Xiamen Airlines 8301 diidentifikasi bernama Jiang Xiaofeng. Pria kelahiran 11 Agustus 1969 di Linli County, Provinsi Hunan.
Pria 21 tahun yang menjadi agen pembelian itu sedang mencari suaka politik di Taiwan.
Sebelum pembajakan, tak lama setelah pesawat lepas landas dari Xiamen, Jiang mendekati kokpit sambil memegang bunga. Penjaga keamanan membiarkannya masuk.
Menurut pemberitaan media-media setempat, penjaga membiarkannya lewat karena mereka percaya bahwa Jiang menawarkan bunga untuk pilot sebagai hadiah Festival Bulan -- Moon Festival.
Artikel dari TIME menyebutkan, ketika dalam kokpit Jiang membuka jaketnya dan memperlihatkan bahan peledak seberat 15 pon terikat di dadanya. Lalu ia memerintahkan semua awak keluar dari kokpit, kecuali pilot, Cen Longyu.
Cen pun diminta terbang ke Taipei, Taiwan. Pilot terpaksa menyetujuinya, dan terbang ke Guangzhou. Laporan dari kantor berita resmi Xinhua tidak menjelaskan mengapa pilot tidak menyetujui permintaan Jiang.
Komunikasi dengan pesawat itu terputus. Namun akhirnya berhasil tersambung di sekitar Guangzhou saat memberitahu pilot untuk mendarat di bandara yang tersedia, di dalam atau di luar perbatasan China.
Pilot membalasnya dengan menyatakan satu-satunya bandara lain yang bisa dituju dengan sisa bahan bakar itu di Hong Kong. Pengendali penerbangan setuju dan mengizinkan pesawat itu mendarat di Hong Kong untuk mengisi bahan bakar, lalu melanjutkan penerbangan sesuai permintaan Jiang ke Taipei.
Tapi Jiang menolaknya, dan mengancam akan meledakkan pesawat jika mendarat di Hong Kong. Pilot kemudian mengitari Guangzhou, mencoba mencari alasan dengan pemuda itu. Dia akhirnya terpaksa mendaratkan pesawat ketika bahan bakar mau habis.
Beberapa saat sebelum mendarat, Jiang berhasil bergulat kendali pesawat dari pilot. Boeing 737-200 itu pun mendarat pada kecepatan yang berlebihan, dan menabrak 2 pesawat yang sedang berada di landasan pacu mengantre giliran terbang.
Pihak berwenang China, yang biasanya enggan mengkritik prosedur mereka sendiri, mengakui bahwa telah terjadi kesalahan serius ketika mengizinkan pesawat untuk bersiap lepas landas, ketika burung besi yang dibajak akan mendarat.
Dalam Today in Histroy pada tanggal sama di tahun 1970, sebuah pesawat yang membawa tim sepak bola Wichita State University, staf, dan pendukungnya dari Colorado juga mengalami kecelakaan. 31 dari 40 orang di dalam pesawat nahas itu meninggal dunia.
Lalu pada 2 Oktober 1964, dicatat dunia sebagai momen pertama kali ilmuwan mengungkapkan bahwa merokok menyebabkan kanker. (Ans)