Sukses

Foto Terakhir Pendaki Jepang Sebelum Diterjang 'Wedhus Gembel'

Izumi Noguchi mengabadikan foto awan panas bercampur abu vulkanik raksasa dari Gunung Ontake di Jepang. Bidikan terakhirnya.

Liputan6.com, Tokyo - Izumi Noguchi mengabadikan foto awan panas bercampur abu vulkanik raksasa dari Gunung Ontake di Jepang, yang meletus Sabtu pekan lalu, 27 September 2014. Hanya sesaat kemudian, kepulan tersebut menerjang dan menyudahi hidupnya.

Gambar tersebut menunjukkan saat-saat setelah Gunung Ontake meletus, melontarkan kepulan gas dan abu. Di Jawa Tengah dan Yogyakarta awan panas juga dikenal dengan julukan 'wedhus gembel'.

Setidaknya 47 orang dinyatakan tewas, sementara 16 lainnya masih dalam pencarian. Sebagian besar jenazah yang ditemukan di dekat puncak hari Rabu adalah pendaki gunung.

Salah satu korban adalah Izumi Noguchi. Jasad pria 59 tahun itu ditemukan di dekat kompleks kuil di puncak Gunung Ontake.

Tim SAR yang menemukan jenazahnya, juga menjumpai keberadaan kamera di dekatnya. Di antara foto-foto yang telah diambil mendiang adalah penampakan dari awan panas besar yang mendekat ke arahnya.



Istri korban, Hiromi, memutuskan untuk mempublikasikan foto-foto terakhir yang dibidik suaminya. Sebagai bentuk penghormatan atas kenangan terakhirnya.

Sementara itu, dokter menyimpulkan seluruh korban yang kehilangan nyawa, tewas akibat cidera parah terkait hujan batu yang dilontarkan gunung.

Sejumlah korban yang selamat mengatakan, mereka lari pontang-panting menyelamatkan diri dari batu dan puing yang menghujani mereka. Sementara hawa panas bercampur abu menerpa wajah mereka.

Dokter yang memeriksa 70 korban selamat mengatakan, sebagian besar dari mereka mengalami memar, luka tersayat, dan patah di bagian punggung. Sebagian dari mereka mengalami kerusakan paru-paru dan organ lain. 



Erupsi Gunung Ontake -- yang berlokasi sekitar 200 km di arah barat ibu kota Tokyo -- sama sekali tak terduga. Seismolog mengatakan, peningkatan aktivitas seismik telah terdeteksi di Ontake, salah satu dari 47 gunung berapi aktif di Jepang. Mereka memantau gunung selama 24 jam, namun sama sekali tak ada isyarat letusan besar akan terjadi.

Jumlah korban jiwa yang diakibatkan Ontake adalah yang tertinggi dalam sejarah Jepang pasca-perang. Sebelumnya, 43 orang tewas saat Gunung Unzen di wilayah Selatan Negeri Sakura muntab pada 1991.

Ontake adalah gunung berapi paling aktif kedua di Jepang. Sebelumnya ia hanya mengalami letusan kecil.

Jepang memonitor 47 dari 110 gunung berapi aktif sepanjang waktu, tetapi anggaran penelitian selalu kurang -- dibanding untuk gempa bumi. Sejumlah kritikus mengatakan, peralatan yang digunakan kurang memadai.

Data Kementerian Pendidikan Jepang menunjukkan, selama 10 tahun terakhir, dana penelitian gunung berapi rata-rata 1,4 miliar yen per tahun. Lebih kecil dari penelitian gempa yang mencapai 7,6 miliar yen.

"Pemeliharaan perangkat monitoring sering ditunda. Peralatan juga makin tua," kata Yasuo Ogawa, dari Tokyo Institute of Technology's Volcanic Fluid Research Centre, Jepang kepada Reuters, seperti dikutip dari Daily Mail, Sabtu (4/10/2014). (Tnt)

Video Terkini