Sukses

Keberadaan Algojo ISIS Pemenggal Warga Asing Terlacak Drone

Selain algojo, pesawat mata-mata Inggris jenis reaper itu juga menangkap sejumlah tahanan ISIS.

Liputan6.com, London - Identitas pria bertopeng yang menjadi algojo dari pihak ISIS yang memenggal warga asing masih menjadi misteri, meski sejumlah hasil investigasi merujuk pada "Jihadi John".

Drone atau pesawat tak berawak Inggris kini dilaporkan berhasil melacak keberadaan "Jihadi John" di Raqqa, Suriah Timur. Selain penampakan terduga pemenggal warga asing, pesawat mata-mata Inggris jenis reaper itu juga menangkap sejumlah tahanan ISIS yang mengenakan pakaian berwarna oranye.

Akan tetapi, pihak militer dan intelijen Inggris belum berani mengambil sikap, apakah bakal langsung menyerang lokasi si John atau tidak.

"Pasukan Spesial Inggris takut misi untuk menangkap atau membunuh si pelaku gagal dan berakhir dengan pertumpahan darah," demikian laporan surat kabar Inggris, Daily mail, yang dikutip Liputan6.com, Senin (10/6/2014).

Menurut laporan Daily mail, pasukan khusus Inggris menyarankan kepada Departemen Pertahanan Inggris untuk lebih memilih langkah pengeboman dari udara yang telah dilancarkan sebelumnya.

"Lokasi yang penampakannya tertangkap drone bisa saja diserang, tapi infrastruktur ISIS di Raqqa sebaiknya menjadi target untuk serangan yang berkelanjutan. Langkah ini lebih realistis," kata seorang sumber kepada Daily Mail.

"Sangat kecil kemungkinan bagi Perdana Menteri untuk menempuh jalur negosiasi untuk menyelamatkan tahanan. Tapi kita juga harus memikirkan langkah yang prospek keberhasilannya 100 persen atau setidaknya sudah sangat matang. Saat ini, ada banyak pilihan yang harus dipilih," imbuh sumber tersebut.



Dalam video pemenggalan, "Jihadi John" mengenakan baju dan topeng berwarna hitam. Dia memegang pisau mirip belati untuk mengeksekusi tawanan.

Dia disangkakan telah bertanggung jawab atas pemenggalan terhadap tiga warga asing. Dua di antaranya adalah jurnalis Amerika Serikat (AS) James Foley dan Steven Sotloff. Satu lainnya adalah seorang pekerja kemanusiaan asal Inggris David Haines.

Terkait pelacakan tersebut, pakar drone dan ahli soal Sistem Elktro-Optik Jane, Mike Gathering mengatakan drone jenis reaper bisa menangkap pencitraan sandera dengan kualitas yang baik. Para anggota ISIS lebih mudah dilihat jika mereka melihat ke udara.

Daily Mail juga melaporkan bahwa selain Inggris, Amerika Serikat juga telah meluncurkan drone ke sejumlah wilayah yang diyakini menjadi markas ISIS. Dikabarkan, ada sekitar 100 pesawat nirawak reaper milik Negeri Paman Sam yang mengudara.

Pesawat-pesawat tersebut bisa bertahan di udara selama 32 jam dan terbang sejauh 8.529 kilometer dengan kecepatan sekitar 207 mil per jam atau sekitar 333 km per jam. (Ein)