Sukses

Pemilik Rumah Bordil: Mayang Prasetyo Tidak Bahagia

Pemilik rumah bordil tempat Mayang Prasetyo bekerja, buka suara mengungkap hubungan keduanya. Ini mengatakan...

Liputan6.com, Brisbane - Kematian WNI Mayang Prasetyo begitu tragis. Ia dibunuh, dimutilasi, lalu direbus oleh pasangannya, Marcus Volke. Mendengar berita duka tersebut, pemilik rumah bordil tempat transgender berusia 27 tahun itu bekerja pun buka suara mengungkap hubungan keduanya.

"Mayang Prasetyo telah bekerja di Pleasure Dome sekitar lima tahun, sambil bolak-balik mengunjungi keluarganya di Indonesia -- yang dibiayai dari penghasilannya," ujar pemilik Pleasure Dome di Melbourne, Ivan Gneil seperti dimuat News.com.au, Kamis (9/10/2014).
 
Ia menuturkan, ketika itu Marcus Volke -- pria yang diduga membunuh, memutilasi dan memasak Mayang, juga bekerja di Pleasure Dome sebagai pekerja seks komersial (PSK) sekitar 2,5 tahun. Pasangan itu lalu angkat kaki untuk bekerja secara pribadi pada tahun 2012.

"Mayang benar-benar cantik. Kami berteman, aku melihatnya tumbuh dan berubah semakin cantik setiap hari," ujar Gneil.

Gneil mengatakan ia tidak menyadari keduanya tinggal bersama ketika masih bekerja untuknya. Tetapi ia mengetahui pasangan itu menjalin hubungan.

Setelah Mayang hengkang dari Pleasure Dome, lanjut Gneil, dia masih terus berhubungan dengan Mayang. Sekitar 18 bulan lalu transgender yang disebut-sebut bernama Febri Andriansyah itu mengaku ingin kembali bekerja padanya. Tapi tidak bisa saat ini.

"saya tahu dia (Mayang) tidak bahagia," beber Gneil menambahkan telah mendengar hubungan mereka diwarnai kekerasan.

Gneil mengungkapkan, ia yakin Marcus yang mengajak Mayang keluar dari rumah bordil miliknya. Memaksanya terjun ke perdagangan seks ilegal, beroperasi sebagai pekerja seks pribadi.

"Marcus terlihat seperti seorang pria baik-baik, dia kalem. Saya tidak tahu banyak tentang dia. Yang saya tahu, dia senang seni bela diri, dan tipe laki-laki yang  menyukai berhubungan seks dengan sesama jenis," jelas dia.

"Saya tahu ia telah menyerangnya. Saya hanya berpikir positif dan berharap bisa bertemu Mayang nanti," tambah dia.

Gneil melanjutkan, ia telah melihat banyak wanita berakhir yang menjalin hubungan tak harmonis setelah meninggalkan industri seks legal dan terjun ke bisnis seks pribadi.

Ia pun yakin Marcus melakukan hal serupa pada Mayang.

"Ini sering terjadi, mereka --orang seperti Marcus-- datang dan bekerja karena ingin dekat dengan kaum transgender. Lalu memacari, dan membawa pergi dari Pleasure Dome," ucap dia.

"Mereka tetap bekerja secara pribadi, secara ilegal, masih menghasilkan uang, tetapi hubungan tersebut berubah dingin".

Gneil mengaku tertawa ketika membaca laporan pasangan itu bertemu saat mereka berdua bekerja di sebuah kapal pesiar. Sebab ia tahu persis keduanya berkenalan di dunia hiburan seks. Dia pun tak tahu-menahu jika Marcus seorang koki.

Menurut teman-teman Marcus, ia menjalani kehidupan ganda. Sebagai pria biasa dan PSK yang jarang menceritakan kecintaannya dengan transgender.

Courier Mail melaporkan pasangan tersebut diduga pernah bekerja di sebuah rumah bordil di Melbourne, tempat di mana mereka bertemu. Bukan di kapal pesiar. Volke juga punya masa lalu sebagai pekerja seks di Copenhagen, Denmark.

Nama julukannya kala itu adalah 'Heath XL'. Ia mengiklankan diri sebagai 'pemuda seksi dari Australia, ramah dan seksi, (tapi) bisa jaga rahasia dan profesional'.

"Aku membuka diri untuk semua jenis orang, usia, latar belakang. Jika kau keren, serius, dan murah hati, kita mungkin bakal cocok."

Mayang Prasetyo ditemukan tewas mengenaskan di apartemennya di Brisbane, Australia. Tubuhnya dimutilasi dan sebagian ada di dalam panci yang sedang dimasak sang suami. Marcus Volke juga ditemukan tewas tidak jauh dari apartemen mereka. (Yus)