Liputan6.com, Oslo - Seorang gadis Pakistan yang juga aktivis pendidikan Malala Yousafzai meraih Nobel Perdamaian 2014. Ia berbagi penghargaan bergengsi itu dengan Kailash Satyarthi, seorang aktivis pejuang hak anak-anak asal India.
Malala dan Kailash Satyarthi mengalahkan pesaing lainnya, yakni Pemimpin Vatikan Paus Fransiskus dan mantan kontraktor Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (NSA) Edward Snowden.
"Hadiah Nobel Perdamaian dinobatkan untuk @Malala Yousafzai atas perjuangan mereka untuk pendidikan anak. Selamat!" kicau Perdana Menteri Norwegia Erna Solberg lewat @erna_solberg, Jumat (10/10/2014).
Malala merupakan seorang remaja berusia 17 tahun dari Kota Mingora, Distrik Swat, Provinsi Pakistan Khyber Pakhtunkhwa, yang memperjuangkan hak-hak pendidikan bagi anak perempuan di wilayahnya.
Taliban yang menguasai wilayah tersebut melarang anak perempuan bersekolah. Malala pun terus bergerak dan menyuarakan pentingnya pendidikan secara diam-diam.
Pada awal 2009, saat berumur sekitar 11 dan 12, Malala menulis di blognya dengan menggunakan samaran untuk BBC secara mendetail tentang betapa mengerikannya hidup di bawah pemerintahan Taliban. Dalam tulisannya itu, Malala juga menyampaikan pandangannya tentang bagaimana cara mempromosikan pendidikan untuk anak perempuan. Â
Pada 9 Oktober 2012, Yousafzai ditembak Taliban pada bagian kepala dan leher saat ia dalam perjalanan pulang dari sekolah. Ia kemudian dirawat di Pakistan sebelum akhirnya diterbangkan ke Inggris untuk dirawat di Rumah Sakit Birmingham.
Pimpinan Taliban, Adnan Rasheed, mengiriminya surat yang menjelaskan bahwa alasan penembakan adalah karena sikap kritis Malala terhadap kelompok milisinya, bukan karena ia seorang penggiat pendidikan perempuan.
Rasheed juga mengungkapkan penyesalannya atas penembakan itu, namun tidak meminta maaf atas penembakan yang dialami Malala Yousafzai.Ia juga menyarankan Malala kembali ke Pakistan dan meneruskan pendidikan di Madrasah bagi perempuan.
Seperti dimuat The Guardian.co.uk, Jumat (10/10/2014), hadiah Nobel Perdamaian juga diberikan untuk Kailash Satyarthi, seorang aktivis pejuang hak anak-anak. Dia aktif dalam gerakan pembebasan anak-anak yang diperbudak sejak tahun 1990-an.
Lewat organisasi yang didirikannya, Bachpan Bachao Andolan, Kailash telah membebaskan lebih dari 80.000 anak-anak dari perbudakan. Dia kemudian mengantarkan anak-anak tersebut ke dalam dunia baru penuh harapan. Lewat pendidikan. (Ein)