Liputan6.com, New Delhi - Saroo baru berusia 5 tahun saat ia dinyatakan hilang pada 1986 lalu. Kala itu ia bersama kakaknya bekerja sebagai penyapu gerbong salah satu kereta di India.
"Saat itu sudah larit malam. Kami turun dari kereta. Aku yang lelah bukan main duduk di stasiun kereta api dan tertidur," cerita Saroo seperti dikutip dari BBC, Senin (13/10/2014).
Si bocah sama sekali tak menyangka, rasa kantuk tak tertahankan itu akan mengubah nasibnya. "Kupikir kakakku akan datang dan membangunkanku. Tapi saat aku terbangun, ia tak ada. Aku melihat ada kereta berhenti di depanku, mengira abangku ada di sana, aku pun melompat naik."
Tapi Saroo tak menemukan kakaknya di sana. Ia justru kembali tertidur, 14 jam kemudian, ia bangun dalam keadaan shock bukan main. Kereta membawanya ke Kalkuta, kota ketiga di India yang terkenal dengan area kumuhnya.
"Aku takut bukan main saat itu. Tak tahu ada di mana. Aku menghampiri banyak orang dan bertanya pada mereka." kata dia.
Di Kalkuta itu, Saroo harus bertahan hidup. "Kota itu sangat menakutkan. Tak ada satupun ayah atau ibu mau anaknya yang berusia 5 tahun berkeliaran sendirian di lokasi kumuh dan stasiun-stasiun kereta di sana."
Di sana Saroo belajar mengurus dirinya sendiri. Ia menjadi pengemis, seperti anak sebayanya di Kalkuta. "Aku harus sangat hati-hati, jangan percaya pada siapapun." Suatu hari ia didekati seorang pria yang menjanjikan makanan dan tempat tinggal. Namun, bocah itu curiga dan melarikan diri.
Pada akhirnya Saroo keluar dari jalanan, ia dipelihara di sebuah panti asuhan. Dari sana ia kemudian diadosi pasangan Brierley, dari Tasmania, Australia. "Aku si anak hilang yang tak ingat dari mana asalnya, jadi kupikir pergi ke Australia akan menjadi hal yang menyenangkan."
Saroo betah tinggal di rumah barunya di seberang benua. Namun, makin beranjak dewasa, keinginannya untuk menemukan akar makin besar. Masalahnya, saat hilang di usia 5 tahun, ia sama sekali tak tahu asal usulnya. Bermodalkan ingatan kabur, ia menggunakan Google Earth untuk melakukan pencarian.
"Aku mirip Superman. Melihat foto-foto (di Google Earth) dan mencocokkannya dengan ingatan masa kecilku," kata Saroo.
Hingga akhirnya ia menemukan strategi yang efektif. Mencari lokasi yang ditempuh dalam waktu 14 jam, dengan kecepatan kereta saat itu. "Kesimpulannya aku berasal dari area sekitar 1.200 km dari Kalkuta."
Pencariannya itu berujung pada sebuah wilayah di India:Â Khandwa. Di sana ada air terjun, ia ingat pernah bermain di sana.
Lalu, pergilah ia ke Khandwa. Saroo ternyata masih mengenal lingkungan di sana. Dengan ingatan masa kecilnya, dia bahkan menemukan rumah yang pernah ia tinggali di wilayah Ganesh Talai. "Pintu dalam kondisi terkunci. Terlihat tua dan rusak, seakan tak ada yang menempatinya dalam waktu lama."
Saroo yang membelaki diri dengan foto masa kecilnya dan nama keluarganya, bertanya pada penduduk sekitar. Kata para tetangga, keluarganya telah pindah.
Namun, beberapa orang tiba-tiba muncul, menawarkan untuk mengantarkannya pada sang ibu.
Saat bertatap muka, Saroo awalnya tak mengenali wajah perempuan yang melahirkannya itu. Kali terakhir ia melihat, sang ibu berusia 34 tahun. Namun, raut muka itu tak pernah ia lupakan. Benar, itu ibunya.
"Ia meraih tanganku dan membawa ke rumahnya. Ia tak berkata apapun, sulit mempercayai anaknya yang 25 tahun hilang muncul kembali seperti hantu," kata Saroo.
Meski mengkhawatirkan Saoro telah meninggal, seorang peramal mengatakan pada sang ibu, suatu hari nanti ia akan menemukan putranya. "Keyakinan itu memberinya energi untuk tetap hidup dan menunggu hari itu tiba."
Sayang nasib tragis menimpa kakak Saroo. "Sebulan setelah saya hilang, kakak raib, tubuhnya ditemukan terpotong jadi dua di jalur kereta api."
Berkat Google Earth, Bocah yang Hilang 25 Tahun Lalu Temukan Ibu
Saroo baru berusia 5 tahun saat ia dinyatakan hilang pada 1986 lalu di India. Nasib membawanya ke Tasmania, Australia di seberang benua.
Advertisement