Liputan6.com, Jakarta - Sudah membuka Google Doodle hari ini? Kalau belum coba buka dan Anda akan melihat gambar seorang perempuan berambut pendek dengan lembaran kertas di tangan kanan dan polpen di tangan kiri. Di sampingnya tergeletak tumpukan buku. Siapa perempuan istimewa yang menjadi logo pada halaman pembuka situs terkenal seantero jagad itu? Dia tak lain adalah Hannah Arendt.
Bagi publik di Indonesia namanya mungkin tidak akrab di telinga. Tapi dia adalah salah seorang tokoh terkemuka di dunia. Arendt merupakan seorang filsuf yang banyak membahas tentang kekuasaan, politik, dan totalitarianisme. Salah satu teori yang disusunnya adalah tentang kemerdekaan yang bersifat publik dan asosiatif.
Berasal dari keluarga Yahudi sekuler, Hannah lahir pada 14 Oktober 1906 di Hannover, Wilhelmine, Jerman. Inilah alasan kenapa Google memasang gambarnya pada Selasa (14/10/2014). Â
Baca Juga
Dikutip dari situs European Graduate School Library, Arendt besar di Konigsberg. Ayah ibunya bernama Paul dan Martha Arendt. Keduanya merupakan pengusaha berbakat dari keluarga Yahudi Rusia. Â
Menjadi anak tunggal, pada usia 7 tahun, ayahnya meninggal dunia. Sang ibu kemudian menikah lagi dengan Martin Beerwald pada 1920, dan membawa dua saudara tiri buat Hannah, Eva dan Clara Beerwald. Â
Sejak kecil Arendt dikenal sangat gemar membaca. Tak heran pada usia 16 tahun dia sudah menyukai sastra termasuk karya Immanuel Kant dan Goethe. Arendt menyelesaikan SMA-nya di Koenigsberg pada 1924. Dia kemudian memutuskan mempelajari teologi di Universitas Marburg bersama Rudolf Bultmann. Ketertarikan Arendt pada teologi diduga karena kemungkinan ia terinspirasi oleh pemikiran tentang teologi dan romantisme yang terdapat dalam puisi Kierkegaard.
Pilihan mempelajari teologi belakangan membawa Arendt untuk mempelajari politik. Terutama setelah pertemuannya dengan filsuf bernama Martin Heidegger.
Advertisement
Pada September 1929, Arendt meraih gelar doktor dan kemudian menikah dengan Gunther Stern. Saat itu pemahaman Anti-Semit tengah berkembang di Jerman dan Arendt membuat sebuah protyek yang akan membantunya memahami konflik antara nasionalisme Jerman dan status minoritas. Bukunya, Rahel Varnhagen: The Life of Jewish Woman, mengisahkan riwayat hidp seorang pemilik salon keturunan Yahudi pada awal 1800-an yang kemudian berpindah agama menjadi Kristen.
Arendt bercerai dengan suaminya. Lalu, pada masa akhir Perang Dunia II, dia pindah dan kemudian tinggal di New York, Amerika Serikat. Di sinilah dia kemudian menyusun masterpiece-nya berjudul The Origins of Totalitarianism. Ketika akhirnya dipublikasikan pada 1951, buku ini mendapat respon besar dan membuat Arendt kondang.
Setelah melahirkan banyak buku dan menerima hadiah dari Guggenheim Foundation untuk studinya tentang marxisme dan totalitarianisme, Hannah Arendt meninggal pada 1975. Untuk mengenangnya, Google memasangnya sebagai Google Doodle hari ini. (Yus)