Liputan6.com, Paris - Dini hari itu, 16 Oktober 1793, pengadilan mengeluarkan keputusan: Marie Antoinette dinyatakan bersalah melakukan pengkhianatan. Kembali ke selnya, mantan Ratu Prancis menuliskan curahan hati, penegasan tentang imannya, perasaan soal anak-anaknya, permintaan maaf, dan bahwa ia memaafkan semua musuhnya. Namun, surat itu tak pernah sampai ke orang yang dimaksud, sang kakak ipar Madame Elisabeth.
Lalu, algojo datang. Henri Sanson yang mengenakan kerudung merah melepas kalung Marie Antoinette. Agar tak jadi penghalang saat lehernya ditebas dengan pisau guillotine. Ia kemudian mencukur pendek rambut perempuan bangsawan itu.
Waktu terus berjalan menuju detik-detik terakhir. Putri asal Austria tersebut diarak dengan kereta terbuka, menyusuri jalanan yang penuh sesak dengan orang-orang. Ada yang ingin sekedar menyaksikan, bersimpati, atau meludah dan berteriak untuk memberikan penghinaan terakhir.
Jacques-Louis David, seniman pendukung Revolusi Prancis sekaligus kawan karib revolusioner Maximilien Robespierre ada di antara mereka. Di tengah kerumunan itu ia mengabadikan saat-saat terakhir Marie Antoinette menuju kematiannya dalam sebuah sketsa.
Marie Antoinette duduk diam, pasif, dengan tangan terikat di belakang, ia tak menanggapi orang-orang di sekitarnya. Perempuan yang masyhur karena kecantikannya itu tampak menyedihkan, jauh dari kesan glamor. Pakaiannya putih polos, helaian rambut pendek yang baru dipotong mencuat dari penutup kepala.
Dari sketsa itu terlihat hidungnya yang besar, bibir yang membentuk garis suram. Penampilannya bertolak belakang dengan gambaran ideal kaum darah biru. "Namun, ada tekad di balik cara duduknya, meski lehernya sama sekali tak mendongak," demikian Liputan6.com kutip dari The Guardian.
Baca Juga
Itu bukan pertama kalinya kehormatan Marie Antoinette terkoyak. Sebelumnya, pada 14 Oktober, ia dikenai sejumlah dakwaan: menggelar pesta seks (orgy) di Versailles, mengirim kekayaan Prancis ke Austria, merancang pembunuhan Duke of Orleans, mengangkat putranya sebagai Raja Prancis, menjadi otak pembantaian Garda Swiss pada 1792, dan yang paling melukai hatinya, ia dituduh incest, melakukan pelecehan seksual terhadap putranya sendiri -- Louis Charles -- yang memberi kesaksian di bawah perintah menuduh ibunya.
Untuk tuduhan terakhir, Marie Antoinette tak terima. Dengan penuh emosi ia memrotes. "Aku tak akan menanggapinya, karena alam semesta pun pasti menolak tuduhan semacam itu dilancarkan pada seorang ibu." Setelah itu, konon, dalam semalam rambutnya berubah warna jadi putih.
Entah karena tekanan batin atau mungkin karena ditahan selama setahun ia tak sempat menyemir rambut. "Jadi mungkin saat Marie tampil di depan publik jelang eksekusi, dengan rambut pendek, mahkota kepalanya dipenuhi uban," demikian dikutip dari BBC.
Advertisement
Selanjutnya:Â Kata-kata Terakhir Marie Antoinette...
Kata-kata Terakhir...
Kata-kata Terakhir Marie Antoinette...
Kembali ke kereta, Marie Antoinette nyaris tak bergerak hingga mencapai panggung di mana eksekusi dilakukan, tepat di depan Place de la Revolution, atau yang sekarang disebut Place de la Concorde.
Di sana, ia mengucapkan 'kata-kata terakhirnya': “Pardonnez-moi, monsieur. Je ne l'ai pas fait expres" -- maaf, Tuan. Aku tak berniat melakukannya.
Kata maaf diucapkan Marie Antoinette untuk sang algojo, Henri Sanson, yang tak sengaja ia injak kakinya saat naik panggung eksekusi. Setelah itu diam...
Leher istri Raja Louis XVI itu ditempatkan di lubang, tepat di bawah pisau guillotine. Hanya sesaat kemudian, kepalanya putus dari raga. Nyawanya tamat. Teriakan "Vive la nation!, Hidup Prancis!" pecah di sekelilingnya.
Jasad Marie Antoinette lalu dimasukkan ke dalam peti dan dikubur begitu saja di pemakaman umum di belakang Gereja Madeline. Baru setelah Restorasi Bourbon, Raja Louis XVIII yang naik takhta setelah pengusiran Napoleon memerintahkan jenazah mantan ratu juga sang suami Raja Louis XVI -- yang dieksekusi pada 21 Januari 1793 -- digali dan dimakamkan secara layak bersama dengan kaum darah biru Prancis lainnya di dalam Basilica Cathedral of Saint-Denis.
Akhir yang tragis sama sekali tak terbayang di benak Marie Antoinette. Saat datang ke Prancis sebagai pengantin remaja, ia disambut bak idola. Â
Kemunculan perdana putri Austria di depan publik disambut 50.000 warga Paris. Saking tak terkendalinya kerumunan, 30 orang dikabarkan tewas terinjak-injak.
Seiring berjalannya waktu, sebagai pelampiasan karena merasa tak diperhatikan suami dan kritik yang tak kunjung putus dari sang ibu, Ratu Maria Theresa, Marie Antoinette mulai foya-foyamenghamburkan uang untuk berjudi; membeli baju, sepatu, perhiasan; juga menata rambut plus hiasan hingga setinggi 4 kaki atau 1,2 meter! Ia selalu tampil paling cemerlang, menjadi model fashion terkemuka di Versailles. Karena kebiasaannya itu, namanya berasosiasi dengan keserakahan.
Namun, tak semua membencinya. Rasa terimakasih AS atas bantuan Prancis dalam Revolusi Amerika salah satunya diwujudkan lewat penamaan Kota Marietta, Ohio. Perusahaan di sana juga menamai produk permen mereka Marietta -- terinspirasi dari Marie Antoinette.
Selain eksekusi Marie Antoinette, sejumlah kejadian penting juga terjadi pada tanggal 16 Oktober. Pada 1946, 10 penjahat perang Nazi dihukum gantung di Nuremberg, Jerman.
Sementara pada 16 Oktober 1978, Karol Cardinal Wojtyla yang saat itu berusia 58 tahun terpilih menjadi Paus. Dia yang bergelar Paus Yohanes Paulus II adalah pemimpin Takhta Suci pertama non-Italia sejak tahun 1535.
Pada tanggal yang sama pada 1984, jantung babon ditransplantasikan pada bayi manusia berusia 15 hari, Baby Fae di Loma Linda University Medical Center, California.
Itu adalah transplantasi jantung lintas spesies pertama yang dilakukan. Baby Fae berhasil bertahan hidup, hanya sampai tanggal 15 Oktober tahun yang sama. (Riz)
Baca juga: `Dark Countess` yang Misterius Sejatinya Anak Marie Antoinette?
Advertisement