Liputan6.com, Tripoli - Kamis 20 Oktober 2011 menjadi hari terakhir bagi diktator Muammar Khadafi menghirup udara segar. Pemimpin Libya yang telah berkuasa selama 42 tahun, 1969-2011, menemui ajalnya, Ia tewas di tangan pasukan oposisi yang disebut tentara Transisi Nasional Libya (NTC).
Kala itu, pria dengan nama lengkap Muammar Abu Minyar al-Khadafi itu tengah jadi "buron". Dia menghadapi penuntutan oleh Pengadilan Pidana Internasional yang telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap dirinya atas kejahatan terhadap kemanusiaan.
Semua itu berawal dari revolusi "Arab Spring" yang dimulai pada Februari 2011. Gelombang protes terus mengalir untuk menggulingkan Khadafi yang bercokol di takhta kepemimpinan puluhan tahun.
Khadafi yang dikenal hidup flamboyan bergelimang harta itu melawan aksi demonstrasi dengan mengerahkan pasukan militer dan pria bersenjata berpakaian preman untuk membunuh para demonstran yang merupakan rakyatnya sendiri.
Langkah diktator yang menjuluki dirinya sebagai The Brother Leader, Guide of the Revolution, dan King of Kings itu pun diladeni kelompok oposisi dengan perlawanan gigih.
Pemberontakan besar-besaran tercipta dan terjadilah perang saudara antara tentara Khadafi melawan pasukan oposisi. Dentuman senjata menggetarkan bangunan. Langit di sejumlah kota menghitam akibat kepulan asap.
Hingga pada akhirnya pemberontak berhasil menguasai ibukota Tripoli. Para loyalis Khadafi ditangkap pihak oposisi. Tentara sang diktator pun terpukul mundur dan terdesak di wilayah yang begitu sempit.
Khadafi yang menjadi target utama penangkapan akhirnya ditemukan oleh tentara Transisi Nasional Libya (NTC) di kota kelahirannya, Sirte pada 20 Oktober 2011 pagi, sekitar pukul 08.30 waktu setempat.
Awalnya, pesawat NATO memergoki dan menyerang iring-iringan Khadafi yang dikelilingi 15 truk bersenjata tengah menuju bagian barat Libya.
Akibat serangan, seluruh truk pengawal hancur lebur dan 50 loyalis Khadafi tewas terkena serangan udara yang dilancarkan tentara Prancis. Sedangkan Khadafi dan beberapa anak buahnya selamat. Mereka berlari dan bersembunyi di pipa drainase besar.
Kepungan Tentara NTC
Tentara NTC dan NATO pada akhirnya berhasil menemukan dan membekuk Khadafi dan pengawalnya. Salah satu tentara oposisi, Saleem Baker menuturkan, salah satu pengawal Khadafi keluar dari persembunyian sambil melambaikan senapannya dan berteriak menyerah. Namun loyalis diktator itu kemudian melepaskan tembakan.
Saat itu juga, Khadafi diduga menginstruksikan loyalisnya untuk berhenti menembak. Salah satu pengawal setia pun berkata, "Tuan (Khadafi) saya di sini, tuan saya ada di sini. Muammar Khadafi ada di sini dan dia terluka," ujar anak buah Khadafi, seperti ditirukan Bakeer, kepada Reuters, yang dikutip Liputan6.com, Senin (20/10/2014).
Tentara NTC kemudian masuk ke dalam pipa dan menyeret Khadafi keluar. Sang diktator ketika itu dalam keadaan terluka. Kaki dan punggung Khadafi cedera akibat tembakan. Ia hanya bisa berbicara lirih. "Ada apa? Apa yang terjadi?"
Khadafi yang dalam kondisi terkepung pasukan NTC langsung dibawa ke dalam mobil ke Kota Misrata. Dalam perjalanan, tentara loyalis Khadafi menyerang. Baku tembak pun terjadi. Saat itu, penguasa negara Arab non-kerajaan terlama disebut terkena tembakan pada bagian kepala di tengah-tengah pasukan NTC yang mengamankannya.
Menurut Perdana Menteri Libya sementara, Mahmoud Jibril, Khadafi menghembuskan napas terakhirnya dalam perjalanan ke rumah sakit. "Dokter forensik tak bisa mengungkap, apakah peluru berasal dari pasukan revolusioner atau tentara Khadafi," ujarnya dalam konferensi pers, seperti dilansir Al-Jazeera. Hingga kini, misteri tersebut belum terpecahkan, apakah Khadafi ditembak atau tertembak.
Jenazah Khadadi beberapa hari kemudian dipamerkan di sebuah pasar di Sirte, hingga akhirnya dimakamkan pada 25 Oktober di padang gurun yang dirahasiakan. Para loyalis Khadafi meminta jasad Khadafi dikebumikan di tanah kelahirannya, Sirte. Tetapi pemerintah menolak karena tidak ingin makam sang diktator dijadikan semacam tempat pemujaan bagi pendukungnya.
Tanggal 20 Oktober juga menjadi hari bersejarah bagi Indonesia. Tanggal itu merupakan waktu transisi kepemimpinan, di mana terjadinya pelantikan presiden baru.
Pelantikan Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dilaksanakan pada 20 Oktober 1999. Kemudian pelantikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga digelar, pada 20 Oktober 2004 untuk masa jabatan pertama dan 20 Oktober 2009 untuk masa jabatan kedua. 20 Oktober 2014 hari ini juga menjadi hari bersejarah bagi Indonesia. Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden terpilih Jusuf Kalla (JK) dilantik untuk masa jabatan 2014-2019. (Ado)
Â
Advertisement