Sukses

Hitler Incar Kekuatan Mistis 'Lukisan Leonardo Da Vinci'

Beredar mitos, barang siapa yang menatapnya mata Leonardo da Vinci niscaya akan dirasuki kekuatan besar.

Liputan6.com, Turin - Goresan kapur merah itu menggambarkan sosok pria sepuh, dengan rambut dan jenggot panjang yang memutih. Entah apa yang ia pikirkan di balik tatapan matanya yang menerawang. Meski masih jadi subjek kontroversi, itu diyakini sebagai lukisan diri Leonardo da Vinci.

Lukisan tenar kini dipamerkan di Turin, sebuah kota di utara Italia. Belum banyak yang diketahui tentang lukisan rapuh berusia 500 tahun itu. Namun, sejumlah orang yakin, ia mengandung kekuatan mistis.

Beredar mitos di Turin bahwa sorot mata Leonardo da Vinci dalam lukisan dirinya sedemikian kuat, dan barang siapa yang menatapnya niscaya akan dirasuki kekuatan besar.

Dan konon, karena kekuatannya yang luar biasa itu -- bukan soal nilainya secara kultural juga ekonomi -- yang membuat mahakarya itu diam-diam dipindahkan dari Turin ke Roma selama Perang Dunia II. Namun, agar jangan sampai lukisan itu jatuh ke tangan Adolf Hitler dan memberinya kuasa hebat.

Apapun alasan yang melatarbelakanginya, lukisan diri Leonardo da Vinci adalah satu-satunya dari koleksi manuskrip dan karya seni berharga yang dipindahkan dari Royal Library Turin kala itu.

Kurator Royal Library yang sekarang, Giovanni Saccani mengatakan, tak banyak orang yang tahu pasti ke mana lukisan tersebut disembunyikan saat itu. "Untuk mencegah Nazi merampasnya, sebuah operasi intelijen tingkat tinggi mengangkutnya ke Roma," kata dia seperti Liputan6.com kutip dari BBC, Kamis (30/10/2014).

Dalam kondisi sulit saat itu, lukisan tersebut tak diperlakukan semestinya. Kerusakan pun tidak bisa dihindari.

Di dalam Royal Library, bentangan karpet merah menutupi tangga menuju lemari besi bawah tanah dengan pengamanan istimewa. Dibangun pada 1998 khusus untuk menyimpan potret Leonardo da Vinci, juga ribuan lukisan dan manuskrip yang tak ternilai harganya. Pencahayaan, suhu diatur sedemikian rupa.

Dengan cara itu setidaknya kerusakan lebih parah bisa dihindari.

Menggunakan senter khusus, Saccani mengarahkan cahaya ke sebuah permukaan lukisan, untuk menunjukkan tingkat kerusakan yang disebut foxing atau noktah coklat. "Ini kasus yang berat," kata dia. "Di kiri bawah seharusnya ada goresan dalam Bahasa Latin yang bertuliskan Leonardus Vincius. Kini, tanda tangan itu lenyap."

Perdebatan Sengit

Yang tak kalah luar biasanya adalah bagaimana potret diri Leonardo da Vinci di masa lalu ada di Turin. Lukisan itu adalah bagian dari koleksi berharga yang dibeli pada tahun 1938 oleh Raja Carlo Alberto dari Savoy.

Sang raja yang punya minat besar pada karya seni itu membelinya dari Giovanni Volpato, dealer seni dan kurator yang sering mengembara mencari koleksi berharga di seantero Eropa. Bagaimana ia mendapat lukisan itu masih misteri, namun ia meminta uang dalam jumlah besar pada sang raja: 70.000 lira.

Kala itu seorang dokter terkemuka mendapat bayaran 1.000 lira per tahun. Tentu saja jumlah itu sangat besar.

Namun, Raja Carlo Alberto berhasil menawarnya hingga 50.000 lira, itu pun dicicil selama 8 tahun.

Lukisan yang diyakini sebagai gambaran diri da Vinci diperkirakan berasal dari masa 1515. Sejumlah ahli menduga, lukisan itu sesuai dengan gaya Leonardo pada tahun 1940-an. Namun subjek lukisan masih jadi perdebatan: sang maestro sendiri atau orang tua.

James Hall, penulis 'The Self-Portrait: a Cultural History' tak percaya itu wajah Leonardo. Ia berpendapat lukisan itu jadi tenar sepanjang masa gara-gara jarangnya potret diri oleh Leonardo. "Orang-orang menganggapnya seakan baru bertuah," kata dia.

Liz Rideal, penulis dua buku tentang potret diri Leonardo dan Vinci sekaligus dosen di National Portrait Gallery di London dan Slade School of Fine Art mengatakan, orang-orang ingin meyakininya sebagai foto asli Leonardo.

"Leonardo da Vinci ada sosok yang memiliki status setara 'Superman'. Kita mengagumi orang-orang yang jenius. Dan melalui potret itu orang-orang ingin tahu seperti apa penampakan orang jenius itu."

Sebagai direktur Royal Library, Giovanni Saccani tak ragu bahwa itu adalah potret diri sang maestro.

"Kekuatan ekspresi pada wajah dalam lukisan pastilah terhubung dengan emosi dan kemampuan yang hanya Leonardo yang punya," kata dia.

Dan meski ada 80 mahakarya dalam pameran bertajuk King's Treasures -- termasuk jajaran karya  Leonardo, Raphael, Rembrandt, Perugino, dan Van Dyck, 'lukisan diri da Vinci paling banyak dikerubuti pengunjung. Yang mungkin berharap dapat kesempatan langka menatap mata sang polymath, manusia ideal dari era Renaissance itu. Siapa tahu ketularan jenius. (Tnt)