Liputan6.com, Hong Kong - Pada Sabtu 1 November 2014 pukul 03.04 waktu setempat, polisi menggerebek sebuah unit apartemen mewah J Residence di Hong Kong. Di dalamnya terpampang adegan sadis.
Dua perempuan ditemukan tewas. Salah satunya, yang berusia 25 sampai 30 tahun mengalami luka tusuk di leher dan bokong. Ia dinyatakan tewas di lokasi kejadian.
Sementara, jasad perempuan lainnya, yang juga mengalami luka parah pada leher, ditemukan di dalam koper. Disembunyikan di sana.
Kepolisian Hong Kong mengatakan, mereka menemukan sebuah pisau dari unit apartemen J Residence yang terletak di area elite dan populer sebagai kawasan pemukiman para profesional yang bekerja di sektor keuangan.
Aparat juga menahan Rurik Jutting, bankir asal Inggris yang tercatat sebagai pemilik unit apartemen.
Asisten komandan distrik Wan Siu-hung mengatakan, salah satu korban yang jasadnya disembunyikan di koper diketahui tewas 'untuk beberapa waktu'. Ia juga ditemukan dengan luka di bagian leher.
Sementara, terkait korban satunya -- yang luka parah di bagian leher dan bokong, ia mengatakan, "Kami meyakini kematiannya disebabkan oleh benda tajam yang memotong leher korban," demikian Liputan6.com kutip dari BBC, Senin (3/11/2014).
Korban ditemukan terbaring di ruang tengah -- yang bak kapal pecah saking berantakannya.
Koresponden BBC di Hong Kong, Juliana Liu melaporkan dua korban diduga warga Indonesia, yang akrab dipanggil Jesse dan Alice. Keduanya sosok terkenal di distrik hiburan Wan Chai.
Seorang manajer bar, Robert van den Bosch, mengaku mengenal kedua korban lebih dari 4 tahun. Menurut dia, sekitar 2 lusin polisi telah mengunjungi bar-bar juga beberapa kelab malam Sabtu lalu untuk mencari identitas korban.
Van den Bosch kenal dekat salah satu korban, Jesse. Ia juga mempertanyakan mengapa perempuan itu jadi korban pembunuhan sadis.
"Dia memang 'gila' dan suka berkelahi, namun kenapa dia (yang jadi korban)? Setahuku dia seorang yang selalu gembira."
Media Hong Kong, South China Morning Post melaporkan, polisi juga menemukan sejumlah kokain di apartemen yang jadi lokasi pembunuhan. Mereka juga sedang memeriksa ponsel milik Jutting.
Mengejutkan
Sementara, salah satu penghuni apartemen lain di gedung berlantai 40 itu mengaku terkejut bukan kepalang. "Sangat mengejutkan, sama sekali tak menyangka hal seperti ini terjadi di Hong Kong," kata dia.
Tak hanya penghuni apartemen, kasus sadis itu juga menggegerkan Hong Kong -- wilayah administratif dengan kasus pembunuhan yang jarang terjadi.
Kali terakhir kota tersebut dihadapkan pada misteri pembunuhan adalah pada 2003 lalu, saat ibu rumah tangga asal Amerika Serikat Nancy Kissel membunuh suaminya sendiri.
Dan kebetulan Robert Kissel -- korban pembunuhan pada tahun 2003 -- juga bekerja di Bank of America Merrill Lynch, tempat Rurik Jutting bekerja sampai pekan lalu.
Menurut sejumlah kolega, Jutting sering menggelar pesta pora semalam suntuk. Namun, mereka terkejut bukan main saat pria itu didakwa dengan kasus pembunuhan 2 perempuan diduga pekerja seksual asal Indonesia.
Seorang juru bicara perwakilan Inggris di Hong Kong mengatakan, "Kami mengonfirmasi bahwa seorang WN Inggris ditahan di Hong Kong," kata dia. "Kami melakukan kontak dengan kepolisian setempat dan siap memberikan bantuan konsuler."
Pemeriksaan post-mortem sedang dilakukan untuk menentukan penyebab kematian para korban. Bank of America Merrill Lynch belum memberikan keterangan terkait kejadian tersebut.
Hong Kong dikenal memiliki angka kriminalitas rendah. Menurut data, di situs Kepolisian Hong Kong, hanya ada 14 kasus pembunuhan antara Januari hingga Juli tahun ini, jauh lebih rendah dari periode sebelumnya pada 2013 yang jumlahnya 56. (Yus)