Sukses

Aung San Suu Kyi: Demokratisasi di Myanmar 'Terhenti'

Aung San Suu Kyi pun meminta semua pihak untuk tak terlalu optimistis dengan demokratisasi di Myanmar.

Liputan6.com, Yangon - Aung San Suu Kyi kembali bersuara keras. Pemimpin oposisi Myanmar ini menegaskan bahwa reformasi di negaranya 'terhenti'. Lantaran itulah, putri pahlawan nasional Jenderal Aung San itu meminta semua pihak untuk tak terlalu optimistis.

Tokoh pro-demokrasi Myanmar yang kini berusia 69 tahun itu melontarkan pernyataan keras itu saat menggelar konferensi pers di Yangon, Rabu (5/11/2014). Seperti dilansir BBC, pemenang Hadiah Nobel tersebut menyatakan pula reformasi di negaranya tidak mengalami kemajuan yang nyata dalam 2 tahun terakhir.

Suu Kyi menambahkan, pembicaraan tingkat tinggi dengan sejumlah politikus senior dan kepala angkatan bersenjata pekan lalu ternyata tidak banyak membuahkan hasil.

Rencananya pada pekan depan Myanmar menjadi tuan rumah pertemuan tingkat tinggi yang akan dihadiri beberapa kepala negara, di antaranya Presiden Amerika Serikat Barack Obama.

Suu Kyi meminta berbagai pihak, termasuk masyarakat internasional, untuk tidak terlalu berharap banyak dengan demokratisasi yang tengah berlangsung di Myanmar.

"Kami beranggapan kadang pemerintah Amerika terlalu optimistis dengan proses reformasi (di Myanmar)," tukas Suu Kyi.

"Minimnya kemajuan harus menjadi bahan pemikiran yang serius oleh pemerintah Amerika," imbuh dia.

Myanmar menerapkan kebijakan-kebijakan reformis di bawah Presiden Thein Sein sejak pemilu 2010. Di antaranya mendorong Suu Kyi bersedia terlibat dalam proses politik. Suu Kyi terpilih menjadi anggota parlemen pada 2012 setelah selama bertahun-tahun menjalani tahanan rumah.

Pada 14 November mendatang, Presiden AS Barack Obama akan bertemu dengan pemimpin oposisi Myanmar Aung San Suu Kyi di Yangon. Rencana pertemuan ini termasuk rangkaian lawatan luar negeri Obama selama 6 hari, termasuk kunjungan di China dan Australia.

Video Terkini