Liputan6.com, Mexico City - Penyelidikan kasus hilangnya 43 mahasiswa Meksiko akhirnya tuntas. Kesimpulannya amat mengerikan: para korban diculik polisi atas perintah Walikota Iguala -- yang kini mantan -- Jose Luis Abarca, lalu diserahkan pada geng narkoba yang membunuh, membakar jasad mereka, dan melemparkannya ke sungai.
"Itu adalah kesimpulan yang dihasilkan para pelidik sejauh ini," kata Jaksa Agung Meksiko Jesus Murillo Karam, seperti Liputan6.com kutip dari CNN, Sabtu (8/11/2014). Namun, ia menambahkan, uji DNA masih diperlukan untuk memberi titik terang kasus ini.
Dan itu bukan perkara mudah, sebab, fragmen jenazah yang terbakar parah menyulitkan untuk dilakukannya ekstraksi DNA.
"Saya harus mengidentifikasi, untuk melakukan apa saja yang mungkin dengan kewenangan saya, untuk mengetahui secara pasti apakah itu (jasad yang terbakar) adalah para mahasiswa yang hilang," kata Murillo.
Pihak berwenang sebelumnya menemukan sebuah kuburan massal dengan 38 mayat, tetapi tidak satupun teridentifikasi sebagai mahasiswa yang hilang tersebut.
Ia menambahkan bahwa penyelidikan kasus ini adalah yang paling rumit dalam beberapa tahun. Polisi terkait dengan hilangnya pada mahasiswa.
Para korban, semua adalah pria berusia 20-an tahun yang belajar untuk menjadi guru di sebuah kampus di Ayotzinapa, negara bagian Guerrero.
Pada 26 September mereka bepergian menggunakan bus dan mobil van ke Iguala, menggelar protes tentang kurangnya pendanaan pada sekolah mereka. Sejak saat itu mereka lenyap.
Tiga orang sudah ditangkap terkait hilangnya para mahasiswa. Mereka mengaku membunuh sejumlah orang yang diduga mahasiswa. Sekitar 40 orang.
Menurut Morillo, petugas polisi menyerahkan para korban ke 3 pria tersebut -- yang dilaporkan terkait dengan geng Guerreros Unidos.
Aparat juga telah menahan Walikota Iguala Jose Luis Abarca yang diduga otak penculikan dan pembunuhan. Istrinya, Maria de los Angeles Pineda juga ditangkap saat pasangan itu berusaha sembunyi di Mexico City awal pekan ini. Â
Kampus tempat para mahasiswa belajar punya sejarah panjang selama 80 tahun sebagai benteng ideologi kiri di Meksiko. Dan para siswanya terkenal sebagai aktivis.
Mantan walikota dan istrinya diduga menganggap aksi para mahasiswa akan mengganggu acara mereka. Maka, walikota meminta kepala polisi Felipe Flores Velasquez menghentikan demonstrasi. Pak kepala polisi masih buron hingga saat ini.
Sesaat setelah Jaksa Agung Murillo mengumumkan hasil penyelidikan, Presiden Pena Nieto menyebut, aksi para pelaku memicu kemarahan dan menyinggung seluruh rakyat Meksiko.Â
Baca Juga
"Pemerintah bertekad untuk menguak insiden ini," kata dia. "Penangkapan mereka yang memerintahkan tidak cukup. Kita akan menahan siapun yang terlibat dengan kejahatan biadab ini." Sejauh ini sudah ada 74 orang yang ditangkap.
Advertisement
Protes
Sementara, sejumlah orangtua para mahasiswa yang hilang bersikeras, buah hati mereka masih hidup, dan bahwa bukti yang ada tidak meyakinkan soal nasib anak mereka.
"Kami tak akan mempercayai apapun hingga para ahli mengatakan pada kami: benar itu mereka," kata Mario Cesar Gonzalez, ayah dari seorang mahasiswa.
Orangtua mahasiswa yang lain, Isrrael Galindo mengatakan, pihak pemerintah terburu-buru menarik kesimpulan, sebagai upaya menhentikan prostes terkait hilangnya pada mahasiswa. Untuk menghentikan publik menuntut jawaban atas perkara tersebut.
"Pemerintah mencoba untuk menyelesaikan masalah dengan cara seperti itu, untuk menghindar dari masalah yang lebih besar," kata Galindo, yang tinggal di California. "Putraku masih hidup, masih hidup, masih hidup."
Orangtua para mahasiswa yang hilang juga mengritik keras cara pemerintahan Presiden Enrique Peña Nieto menangani masalah tersebut.
Dalam rekaman video pertemuan tertutup dengan Presiden, anggota keluarga menuding sang presiden, bahkan menuntutnya mundur jika tak bisa memberikan jawaban memuaskan. (Riz)