Liputan6.com, Paris - Manusia segera menuju ke target baru penjelajahan angkasa luar. Misi Rosetta yang dilakukan Badan Luar Angkasa Eropa (ESA) sedang dalam proses untuk mendaratkan probe atau satelit ke Komet 67P/Churyumov-Gerasimenko Rabu ini.
"Tak ada kesempatan untuk mundur," demikian pernyataan ESA setelah satelit yang dilepas dari induknya dalam perjalanan untuk mendarat di permukaan komet, seperti dikutip dari CNN, Rabu 12 November 2014.
Semoga misi ini sukses. Jika demikian maka ini adalah kali pertamanya satelit didaratkan di sebuah komet.
Satelit pendarat Philae telah dilepas dari pesawat induknya sekitar pukul 08.37 GMT atau 15.37 WIB, untuk memulai perjalanan turun ke permukaan batu angkasa. Konfirmasi pendaratan diharapkan akan didapatkan pukul 16.00 GMT atau 23.00 WIB.
Philae, yang menempel ke Rosetta selama dalam perjalanan melintasi tata surya, tak bisa dikendalikan dari pusat kontrol Bumi. Jadi, sekali lepas, ia akan bekerja otomatis.
Sebelumnya, ahli sistem pendaratan ESAÂ Laurence O'Rourke kepada CNN mengatakan Rosetta harus berada di posisi yang tempat, untuk memungkinkan satelit yang 'digendongnya' terjun bebas ke lintasan yang tepat menuju titik pendaratan yang dipilih.
Para ilmuwan berharap, satelit Philae akan membantu kita mempelajari lebih detil lagi soal komposisi komet dan bagaimana mereka bereaksi saat mendekat ke Matahari.
Meski hanya memiliki berat 220 pon, dan ukurannya sebesar mesin cuci, namun Philae adalah satelit cerdas.
Ia dilengkapi serangkaian instrumen penelitian, dari fotografi hingga peralatan untuk melakukan eksperiman di permukaan Komet 67P -- termasuk untuk menemukan efek sengatan matahari terhadap gas dan debu. Menguak misteri relik relik es dari formasi Tata Surya.
Jangan lupa, komet terdiri dari kumpulan debu dan gas yang membeku pada saat berada jauh dari Matahari.
Ada banyak tantangan untuk mendaratkan Philae. Salah satunya gravitasi yang sangat rendah di gunung es selebar 4 kilometer itu. Satelit itu berisiko memantul kembali ke angkasa.
Untuk mengurangi risiko itu, bagian bawah Philae dilengkapi dengan sekrup dan tombak agar ia menempel di permukaan komet.
"Kami hanya mengandalkan pengaitnya, semacam tombak di kaki satelit agar bisa menempel di permukaan yang lembut. Pastinya itu tak mudah," kata Stephan Ulamec dari Badan Antariksa Jerman seperti dikutip dari BBC.
Medan permukaan komet yang tak stabil bisa membuat Philae terbanting ke tebing, tergelincir dari lereng tajam, atau bahkan menghilang ke dalam retakan.
"Kami telah menganalisa komet tersebut, menganalisis medan, dan yakin bahwa meski penuh risiko, masih ada rasio keberhasilan 75 persen," kata manajer misi Rosetta, Fred Jansen.
Komet diyakini menyimpan kunci jawaban tentang asal usul material yang ikut membangun Tata Surya lebih dari 4,5 miliar tahun lalu.
Bahkan ada teori yang menyebut, komet mungkin bertanggungjawab mengirimkan air ke planet-planet. Bahkan tercetus gagasan lintang kemukus -- istilah dalam Bahasa Jawa -- membawa unsur kimia yang diperlukan untuk membantu proses biologi. Membentuk kehidupan.
Selama berabad-abad, kemunculan sebuah komet dipercaya sebagai suatu pertanda akan datangnya sebuah malapetaka besar. (Ali)
Kuak Misteri Langit, Manusia Kirim Satelit ke Permukaan Komet
Badan Luar Angkasa Eropa (ESA) sedang mengirimkan satelit Philae ke permukaan komet. Misi yang penuh risiko.
Advertisement