Sukses

Para Algojo ISIS Tampakkan Muka, Salah Satunya dari Asia

Selain bermuka Asia, ada juga algojo ISIS dari Eropa. Salah satunya yang berambut panjang adalah pria asal Normandy, Prancis.

Liputan6.com, Damaskus - Kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) kembali menyebarkan video propaganda berupa aksi pemenggalan terhadap tahanan. Kali ini, tak tanggung-tanggung, ada 15 korban yang dipenggal oleh sekitar 15 belas algojo. Video tersebut dirilis bersamaan dengan disebarnya video eksekusi terhadap pekerja sosial Amerika Serikat Abdul-Rahman Kassig dua hari lalu.

Dalam video pemenggalan massal terhadap tentara Suriah di sebuah padang gurun, seluruh algojo 'pencabut nyawa' menampakkan muka mereka. Wajah para pengeksekusi yang diyakini bukan orang Irak dan Suriah itu disorot satu per satu.

Salah satu dari algojo tersebut, seperti dikutip Liputan6.com dari The Guardian, Rabu (19/11/2014), memiliki ciri-ciri wajah yang mirip dengan orang Asia, tepatnya Asia Tengah dan Asia Barat Daya.

"Dari fisik, tampak mirip warga Asia, dan sangat berbeda dengan wajah orang Irak dan Suriah," ujar mantan agen khusus dari Dinas Penyelidikan Kriminal Angkata Laut yang kini bekerja pada lembaga konsultan Soufan Group, Robert McFadden.

Selain bermuka Asia, ada juga algojo dari Eropa. Salah satunya yang berambut panjang adalah pria asal Normandy, Prancis yang diketahui bernama Maxime Hauchard.

Sementara itu, Kepolisian Inggris mengonfirmasi bahwa seorang algojo di video tersebut dikenal dengan nama Nasser Muthana, seorang mahasiswa kedokteran dari Cardiff, Inggris, yang sebelumnya juga muncul di film propaganda ISIS.

Menurut mantan analis kontraterorisme Badan Intelijen Federal Amerika Serikat (CIA) Aki Peritz, dengan menampilkan wajah para algojo yang bervariasi itu, ISIS ingin menunjukkan bahwa mereka merupakan organisasi yang didukung warga yang berasal dari sejumlah negara dari berbagai belahan dunia.

"Mereka telah berhasil mengajak warga dari seluruh dunia untuk bergabung. Ada wajah Inggrism Prancis, Asia tanpa mengenakan topeng, itu bukti mereka bisa menjangkau seluruh belahan dunia," papar Peritz.

Jumlah korban pemenggalan oleh ISIS semakin bertambah. Badan Pemantau Hak Asasi Manusia untuk Suriah menyampaikan laporan terbarunya bahwa sudah ada sekitar 1.400 orang yang dieksekusi di negara yang dikuasai Presiden Bashar al-Assad.

"Kami mendokumentasikan setidaknya sekitar 1.429 orang telah dieksekusi mati oleh ISIS sejak mereka mengumumkan khalifah pada bulan Juni (2014)," ungkap kepala Observatoirum, Rami Abdel Rahman, seperti dilansir Channel News Asia.

Dijelaskan dia, sebagian besar dari korban eksekusi tersebut merupakan warga sipil yang berasal dari sejumlah suku di Suriah. "Dari jumlah total orang dipenggal atau ditembak mati dalam eksekusi massal oleh ISIS, 879 di antaranya warga sipil, dan sekitar 700 di antaranya merupakan anggota suku Shaitat yang ada di Suriah," imbuh dia. (Riz/ Nan)