Sukses

Hii.. Cacing Pita 'Berkelana' di Otak Seorang Pria Selama 4 Tahun

Infeksi cacing pita ini menyebabkan sparganosis, peradangan jaringan tubuh yang dapat menyebabkan kejang, kehilangan memori, sakit kepala.

Liputan6.com, Anglia - Seekor cacing pita bersarang di otak seorang pria selama 4 tahun tanpa ada yang tahu. Keberadaan parasit itu diketahui setelah pria paruh baya itu memeriksakan diri karena mengalami penurunan fungsi indera.

"Pria 50 tahun itu pergi ke dokter pada tahun 2008 mengeluh sakit kepala, kejang, kehilangan memori dan kehilangan indera penciuman," demikian tulis media Telegraph yang dikutip dari News.com.au, Jumat (21/11/2014).

Selama empat tahun berikut, pria itu diuji untuk sejumlah penyakit termasuk HIV, penyakit kapur dan sifilis.

Setelah selama itu, ahli bedah baru menemukan keberadaan parasit dan mengeluarkannya dari otak pasien keturunan Cina yang tinggal di Anglia timur, Inggris. Wellcome Trust Sanger Institute menyatakan, kondisi sistemiknya membaik.

"Ilmuwan di Inggris telah mengeluarkan dan mempelajari cacing pita langka yang hidup di otak manusia selama 4 tahun," kata peneliti itu.

Ini adalah pertama kalinya cacing pita Spirometra erinaceieuropaei dilaporkan di Inggris, setelah 300 kasus dilaporkan sejak 1953.

Kasus infeksi cacing pita ini diduga diperoleh dari memakan krustasea kecil yang terinfeksi dari danau, makan daging mentah amfibi atau reptil, atau dengan menggunakan plasma dari katak yang merupakan obat China untuk sakit mata.

"Kami tidak mengira ada infeksi semacam ini di Inggris, tapi perjalanan global parasit asing kadang-kadang muncul," kata Dokter Effrossyni Gkrania-Klotsas dari Department of Infectious Disease di Addenbrooke NHS Trust.

Tim berhasil mendapatkan genom parasit langka untuk pertama kalinya, yang memungkinkan mereka untuk meneliti guna menemukan perawatan yang tepat.

"Pekerjaan kami menunjukkan bahwa, bahkan dengan jumlah kecil DNA dari sampel klinis, kita dapat mengetahui semua yang kita butuhkan untuk mengidentifikasi dan mengkarakterisasi parasit," tambah Gkrania-Klotsas.

Dokter itu mengatakan studi DNA menggarisbawahi pentingnya database global genom cacing, untuk membantu mengidentifikasi dan mengobati infeksi parasit.

"Cacing ini cukup misterius dan kami tidak tahu segala sesuatu tentang spesies ini, begitu juga bagaimana caranya menginfeksi. Manusia adalah suatu tempat bersarang langka dan hanya kebetulan. Untuk jenis cacing tertentu. Biasanya menginfeksi saat menjadi larva," jelas Dr Hayley Bennett.

"Kita tahu dari genom cacing itu memiliki protein asam lemak yang mengikat sehingga memungkinkan membantunya mengais asam lemak dan energi dari lingkungannya. Hal itu juga memungkinkan bagi si cacing sebagai mekanisme untuk mendapatkan makanan," sambung Dr Hayley Bennett.

"Genom (cacing pita) ini akan bertindak sebagai referensi, sehingga ketika pengobatan baru dikembangkan untuk cacing pita yang lebih umum, para ilmuwan bisa memeriksa apakah mereka efektif melawan infeksi yang sangat langka ini." (Tnt/Ado)

Baca juga: Bikin Merinding...Tubuh Penggemar Sashimi Digerogoti Cacing Pita