Liputan6.com, Jakarta - Pulau Sumatera memiliki riwayat panjang gempa dahsyat dan tsunami. Salah satunya yang terjadi pada 25 November 1833 sekitar pukul 22.00 WIB.
Kala itu, lindu dengan kekuatan 8,8 sampai 9,2 skala Richter mengguncang, pusatnya berada di lepas pantai barat Andalas. Penyebabnya adalah pecahnya segmen palung Sumatera sepanjang 1.000 km.
Lindu dirasakan kuat di Padang, Sumatera Barat. Awalnya, getaran dianggap biasa. Namun, disusul guncangan kencang. "Orang-orang berhambur keluar, khawatir bakal terkubur di bawah bangunan yang bergetar hebat," demikian tulis seorang ilmuwan Dr. A.F.W. Stumpff, seperti Liputan6.com kutip dari makalah ilmiah berjudul 'Source parameters of the great Sumatran megathrust earthquakes of 1797 and 1833 in ferred from coral microatolls' yang salah satu penulisnya adalah ahli Indonesia, Danny Hilman Natawidjaja.
Di luar, Stumpff menambahkan, orang-orang panik merasakan bumi yang berguncang di bawah kaki mereka. "Diterangi cahaya rembulan, ada yang melihat bangunan dan pepohonan bergetar hebat, semburan air muncul di antara retakan tanah dengan kekuatan hebat, sungai-sungai luber, lautan menggelegak."
Dr. A.F.W. Stumpff mencatat, pada bulan Agustus, September dan Oktober terpantau terjadi panas dan kelembaban ekstrem. "Sementara di hari gempa terjadi ( ia menuliskannya pada tanggal 24 November) ditandai dengan keheningan yang mendalam seluruh alam. Yang tidak disadari banyak orang."
Sementara, J.C. Boelhauwer seorang komandan militer Belanda di Pariaman mencatat, semua orang dicekam ketakutan luar biasa. "Bahkan orang pribumi yang paling tua pun tidak pernah mengingat hal seperti itu pernah terjadi”, demikian tulis J.C. Boelhauwer. "Seluruh alam terasa dalam huru-hara, segala sesuatunya terguncang dan jatuh berpecahan."
Peristiwa tersebut hanya terjadi 3 menit, namun dampaknya luar biasa.
Gempa memicu terjadinya tsunami yang menerjang pesisir barat Sumatera dengan wilayah terdekat dari pusat gempa adalah Pariaman hingga Bengkulu.
Tsunami juga menyebabkan kerusakan parah di Maladewa, Sri Lanka, dan Seychelles. Gelombang raksasa juga dilaporkan mencapai Australia bagian utara, Teluk Benggala, dan Thailand meskipun dalam intensitas kecil.
Namun bencana ini tidak terdokumentasi dengan baik sehingga tidak diketahui dengan pasti dampak dan berapa banyak korbannya.
Sementara, sebuah artikel yang dimuat situs AusGeoNews Maret 2005 mempertanyakan apakah tsunami 26 Desember 2004 adalah pengulangan dari apa yang terjadi pada 1833.
"Gempa dahsyat pada 1833 disebabkan pecahnya segmen zona subduksi di sekitar 1.000 km tenggara dari segmen yang pecah pada 2004," demikian kutipan dalam artikel berjudul 'The Boxing Day 2004 tsunami—a repeat of the 1833 tsunami?' (Baca juga: Ditemukan, Gua Perekam Riwayat Tsunami Ribuan Tahun di Aceh)
Selain lindu dahsyat dan tsunami di Sumatera, tanggal 25 November juga diwarnai sejumlah peristiwa penting dunia.
Pada 1930, gempa melanda Shizouka, Jepang dan menewaskan 187 orang. Sementara, pada 25 Desember 1963, jasad Presiden Amerika Serikat John F Kennedy, dimakamkan di Arlington National Cemetery.
Baca Juga
Presiden Kennedy tewas ditembak di Dallas, Texas, 3 hari sebelum perayaan ulang tahun ketiga putranya, John F. Kennedy Jr. Di hari pemakaman bocah kecil itu menghormat ke arah peti mati sang ayah yang ditutupi selembar bendera AS. (Ein)
Advertisement