Sukses

Ini yang Terjadi Jika Bumi Ternyata Datar Mirip Piring

Ilmu pengetahuan mengajarkan, Bumi berbentuk seperti bola tak sempurna. Bagaimana jika teori itu ternyata salah? Saksikan videonya!

Liputan6.com, Jakarta - Ilmu pengetahuan mengajarkan, Bumi berbentuk seperti bola. Meski tak bulat sempurna, ada tekanan di sepanjang sumbu dari kutub ke kutub sehingga terdapat tonjolan di sekitar khatulistiwa.

Tapi, bagaimana jika yang diajarkan pada kita salah, dan ternyata Bumi itu ternyata datar seperti piring, bukan bulat? Apakah akan ada perbedaannya bagi kita?

Dan apakah benar orang bisa jatuh dari pinggirannya? Konon, sejumlah pelaut pada masa lalu, termasuk sejumlah awak kapal penjelajahan Columbus didera kekhawatiran, mereka berlayar terlalu jauh dan jatuh dari tepian Bumi.

Sebaliknya, matematikawan Yunani Kuno telah membuktikan bahwa bumi itu bulat, bukan datar. Adalah Pythagoras pada Abad ke-6 Sebelum Masehi, pencetus awal ide tersebut.

"Seandainya Bumi tidak bulat melainkan datar seperti piring...dengan kepadatan dan ketebalan yang tepat, hidup di tengah-tengahnya terasa sangat normal (seperti yang kita rasakan saat ini)," kata Michael Stevens, dalam serial Vsauce di YouTube, seperti Liputan6.com kutip dari News.com.au, Senin (8/12/2014).

Kehidupan akan berpusat di tengah Bumi. "Namun, jika Anda bergerak ke tepian, gravitasi di piringan Bumi tidak simetris, condong, mendorong makin kuat."

Video tersebut juga menunjukkan, apa yang bakal terjadi jika seseorang berlari menuju tepian Bumi. Rasanya seperti menaiki tangga yang teramat curam.

Mungkin tak sampai bikin mati, tapi ia pastilah amat kelelahan dan didera kekhawatiran bakal terpelanting ke belakang -- ke tengah planet manusia.

Stevens juga menyebut seseorang tak mungkin jatuh dari piringan Bumi. Berkat gaya gravitasi! Dia menambahkan, ujung dunia berbentuk datar. Dekat dengan angkasa, sehingga orang yang ada di sana serasa terbang dengan pesawat. Saksikan videonya di bawah.

2 dari 2 halaman

'NASA Rajanya Konspirasi'

'NASA Rajanya Konspirasi'

Meski terdengar menggelikan, sejumlah orang yang tergabung dalam kelompok Flat Earth Society yakin benar, planet manusia bentuknya datar.

Ini yang jadi alasan mereka: saat berjalan di atasnya, permukaan planet ini tampak atau terlihat dan terasa datar. Oleh karena itulah mereka menepis semua bukti yang menunjukkan Bumi itu bulat, seperti halnya foto-foto Bumi dari luar angkasa. Menurut mereka,  itu tak lebih dari rekayasa konspirasi pendukung bahwa bumi bulat yang diatur oleh Badan Antariksa AS (NASA) dan badan pemerintah lainnya. Sebuah konspirasi tingkat tinggi.

Foto-foto Bumi, kata mereka, diolah memakai photoshop. Peralatan GPS pun direkayasa. Tujuannya, mereka belum menyimpulkan, namun diduga motif keuangan.

Salah satu teori terkemuka mereka menyebut Bumi serupa piringan, di mana Lingkaran Arktik berada di pusatnya, sementara Antartika, sebuah dinding es setinggi 150 kaki atau 45,7 meter, berada di pinggirannya.

Mereka mengklaim, NASA mempekerjakan sejumlah orang untuk menjaga ketat dinding es ini, mencegah siapapun memanjatnya dan terjatuh dari piringan bumi.

Sementara siklus siang dan malam Bumi dijelaskan sebagai berikut: matahari dan bulan adalah benda berbentuk bulat berdiameter 51 kilometer, yang berputar di ketinggian 4.828 kilometer di atas bumi yang datar.  Seperti lampu sorot, bola-bola langit itu menerangi bagian yang berbeda dari planet dalam siklus 24 jam. Para pendukung teori ini juga yakin ada obyek tak terlihat  bernama "antimoon" (anti-Bulan) yang bertanggung jawab mengaburkan bentuk Bulan, menjadi bulan sabit misalnya.

Lebih jauh lagi, bagi mereka, gravitasi bumi tak lain tak bukan adalah ilusi. Daya tarik bumi, menurut mereka, tidak mempercepat benda ke bawah, namun piringan bumi lah yang mempercepat gerak benda 9,8 meter per detik kuadrat, didorong oleh kekuatan yang dinamakan "energi gelap".

Sementara, apa yang ada di bawah piringan Bumi belum diketahui, mereka yang yakin bumi itu datar, menduga dasar Bumi dibentuk dari batu.

Cara berpikir kelompok Flat Earth Society mengikuti cara pikir "Metode Zetetic", metode ilmiah alternatif yang berkembang pada Abad ke-19.

"Pada dasarnya metode ini menekankan pada rekonsiliasi antara empirisme dan dan rasionalisme, dan membuat kesimpulan logis berdasarkan data empiris," kata wakil ketua Flat Earth Society, Michael Wilmore asal Irlandia pada situs sains, Life's Little Mysteries.

Detail yang mereka mungkin konyol dan seperti gurauan, namun para pendukungnya benar-benar menganggapnya sebagai model astronomi yang lebih masuk akal daripada yang bisa ditemukan dalam buku teks. Singkatnya, mereka tidak sedang membuat lelucon. (Ein/Riz)

Video Terkini