Liputan6.com, Sydney - Puluhan ribu pesan muncul di media sosial untuk mendukung warga Muslim di Australia, setelah penyanderaan di Sydney dikhawatirkan memicu 'Islamofobia' atau kebencian terhadap umat Islam di Negeri Kanguru.
Pesan-pesan dengan hashtag atau tanda pagar #illridewithyou bermula dari catatan yang ditulis pengguna Facebook Rachael Jacobs. Di media sosial ini, wanita berdarah asli Australia itu menceritakan seorang perempuan Muslim di kereta yang duduk di sampingnya.
Wanita tersebut diam-diam melepaskan jilbabnya karena diduga takut menjadi sasaran kemarahan warga Australia. Tapi Rachael bergegas memintanya untuk memakai pakaian itu kembali dan menenangkannya.
"Saya katakan 'pakai lagi (jilbab Anda)'. Saya akan berjalan dengan Anda. Ia menangis dan memeluk saya selama sekitar satu menit," kata Jacobs, seperti dikutip dari BBC, Senin (16/12/2014).
Kisah Rachael dan perempuan berjilbab tersebut kemudian menginspirasi pengguna Twitter untuk menggunakan tagar #illridewityou. Bentuk dukungan ini disambut sangat positif oleh pengguna Twitter Salim Kassam yang menulis menjadi Muslim bisa menakutkan setelah terjadi serangan teroris.
"Terima kasih Australia untuk #illridewithyou," tulis Salim Kassam.
Dukungan tidak berhenti di alam maya. Banyak pengguna media sosial yang secara tulus menggunakan tagar untuk menyampaikan keinginan mendampingi warga Muslim yang tengah bepergian melalui transportasi umum.
Twitter Australia mengatakan dalam waktu dua jam terdapat 40.000 pesan dengan tagar tersebut dan angkanya berlipat menjadi 150.000 dalam tempo empat jam.
Kekhawatiran bahwa warga Muslim akan menjadi sasaran sempat diungkapkan oleh warga Muslim Indonesia di Australia, Citra Rizal. Hal ini muncul karena dalam penyanderaan di Sydney sempat dipajang gambar bendera hitam dengan kalimat syahadat di jendela kafe Lindt.
Pengepungan bersenjata di Sydney, Australia, telah berakhir setelah polisi menyerbu kafe tersebut. Para petugas medis membawa tandu-tandu menuju kafe Lindt beberapa saat setelah terdengar suara keras dan kepulan debu membumbung. Beberapa sandera kemudian keluar dari kafe sebelum tembak menembak berhenti. Tiga orang dinyatakan tewas dan empat orang lainnya terluka.
Pemuka agama yang tergabung dalam Majelis Ulama Australia sebelumnya secara tegas menyatakan bahwa aksi teror di kafe Sydney itu jelas tak dapat dibenarkan. Mereka pun mengecam aksi tersebut.
"Dengan tegas kami mengutuk kejadian kriminal ini. Kami berjanji akan memberikan dukungan penuh dan solidaritas bagi keluarga korban ," demikian pernyataan resmi Majelis Ulama Australia, seperti dikutip dari Businessinsider. Majelis Ulama ini berharap masalah ini dapat diselesaikan secara damai. (Riz)