Sukses

Cerita Korban Selamat Serangan Peshawar dengan Pura-pura Mati

Salman mengungkap, bagaimana ia terhindar dari maut dengan berpura-pura mati saat serangan di sekolah Peshawar oleh Taliban.

Liputan6.com, Peshawar - Serangan sekolah Peshawar di Pakistan begitu mengerikan. Total korban tewas, menurut CNN, mencapai 145 orang, 132 di antaranya adalah anak-anak dan 10 lainnya staf.

Di balik peristiwa itu, Salman (bukan nama sebenarnya), remaja yang selamat dari serangan kelompok Taliban yang menyerang sekolah milik Angkatan Darat setempat mengungkap bagaimana ia bisa terhindar dari maut.

Salman menggambarkan bagaimana berpura-pura mati, setelah ditembak di kedua kakinya oleh pemberontak yang memburu para siswa.

Sambil berbaring di atas tempat tidur di bangsal perawatan trauma Rumah Sakit Lady Reading, Salman mengungkapkan ia dan teman-teman sekelasnya berada di sesi bimbingan karir di auditorium sekolah. Ketika empat pria bersenjata yang mengenakan seragam militer menyerbu masuk.

"Seseorang berteriak kepada kami untuk turun dan bersembunyi di bawah meja," kata Salman menambahkan bahwa orang-orang bersenjata berteriak "Allahu Akbar" sebelum menembak.

"Kemudian salah satu dari mereka berteriak: 'Ada begitu banyak anak-anak di bawah bangku, pergi dan tangkap mereka," beber Salman.

"Saya melihat sepasang sepatu boot hitam besar datang ke arahku, orang ini mungkin berburu untuk siswa bersembunyi di bawah bangku."

Salman memaparkan, ia kesakitan karena kedua kakinya tertembak, tepat di bawah lutut. Lalu ia memutuskan untuk berpura-pura mati.

"Aku melipat dasi dan memasukkannya ke dalam mulut, sehingga aku tidak akan berteriak. Pria dengan sepatu besar itu terus mencari para siswa dan menghujani mereka dengan peluru. Aku berbaring dan diam sebisa mungkin...dan memejamkan mata, menunggu tembakan lain untukku," ungkap Salman.

"Tubuhku menggigil. Aku seperti melihat kematian begitu dekat, aku tidak akan pernah melupakan sepatu boot hitam yang mendekatiku. Aku merasa seolah-olah saat kematian mendekatiku," tambah Salman.

"Orang-orang itu kemudian pergi, aku terdiam beberapa menit. Kemudian mencoba untuk bangun, tetapi jatuh karena lukaku. Ketika aku merangkak ke kamar sebelah, aku melihat pemandangan mengerikan. Aku melihat jenazah asisten kantor sekolah dibakar," tutur Salman sambil ditenangkan ayahnya, di atas tempat tidur berlumuran darah.

"Dia duduk di kursi dengan darah menetes dari tubuhnya saat ia terbakar," tambah Salman. Belum diketahui pasti bagaimana tubuh karyawan wanita itu bisa terbakar.

Tak hanya sampai di situ, Salman juga mengaku melihat tubuh seorang prajurit yang bekerja di sekolah sedang merangkak di balik pintu untuk bersembunyi sebelum akhirnya ia pingsan.

"Ketika aku bangun, aku sudah berbaring di tempat tidur rumah sakit," ucap dia.

Tehreek-e-Taliban Pakistan mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. Mereka menyebut langkah itu merupakan pembalasan atas serangan militer besar-besaran di kawasan itu, sehingga diperintahkan untuk menembak siswa senior.

Militan Taliban melakukan serangan di sekolah Peshawar yang dikelola militer di ibukota Khyber Pakhtunkhwa. Sebagian besar dari mereka anak-anak. Serangan tersebut merupakan salah satu serangan paling berdarah di Pakistan.

Sekolah Peshawar yang menjadi sasaran kelompok Taliban itu banyak didatangi anak laki-laki dan perempuan dari kalangan militer dan sipil. (Tnt/Yus)