Liputan6.com, Washington DC - Amerika Serikat (AS) dan Kuba memutuskan untuk memulai proses normalisasi atau memulihkan hubungan diplomatik dalam sebuah perubahan dramatis dalam hubungan antara kedua negara.
Presiden AS Barack Obama mengatakan, pemulihan hubungan antara AS dan Kuba ini merupakan langkah untuk mengakhiri ketegangan antara kedua negara selama setengah abad.
"Isolasi tidak lagi berguna," ujar Obama dalam pidato dari Gedung Putih, seperti dimuat VOA, Kamis (18/12/2014). "Saatnya untuk menerapkan pendekatan baru."
Pada saat yang bersamaan, Presiden Kuba Raul Castro juga menyampaikan pidato pada rakyatnya dari Havana.
Castro mengatakan walaupun ada perbedaan mendasar antara kedua negara di beberapa bidang seperti HAM dan kebijakan luar negeri, mereka harus belajar untuk bisa hidup berdampingan di tengah perbedaan tersebut dengan "cara-cara yang beradab."
Tindakan Obama merupakan penggunaan kewenangan eksekutif. Namun, ia tidak bisa secara sepihak mengakhiri embargo ekonomi AS terhadap Kuba, yang diloloskan oleh Kongres dan membutuhkan persetujuan dari anggota parlemen untuk membatalkannya.
Pengumuman tersebut merupakan hasil perundingan rahasia antara AS dan Kuba selama lebih dari satu tahun, termasuk pertemuan rahasia di Kanada dan Vatikan yang juga melibatkan Paus Fransiskus.
Pemulihan hubungan diplomatik ini diikuti dengan dibebaskannya warga Amerika Alan Gross dan pertukaran mata-mata AS yang ditahan di Kuba dengan tiga warga Kuba yang dipenjara di Florida.
Paus Fransiskus menyambut hangat keputusan bersejarah yang diambil oleh pemerintah Amerika Serikat dan Kuba untuk menjalin hubungan diplomatik demi kepentingan bersama.
"Dengan tujuan untuk mengatasi masalah yang selama ini dihadapi kedua negara tersebut, demi kepentingan warga negara keduanya," ujar Paus Fransiskus. (Riz)