Sukses

21-12-1988: Khadafi dan Misteri Ledakan Pesawat di Lockerbie

Kurang dari 40 menit setelah mengudara, Boeing 747-121 meledak di langit Lockerbie, Skotlandia.

Liputan6.com, Tripoli - Hari ini 16 tahun yang lalu, 21 Desember 1998, 4 hari sebelum Natal. Jarum jam menunjukkan pukul 18.00, di malam yang dingin itu, pesawat Pan Am Penerbangan 103 lepas landas dari Bandara Heathrow, Inggris, siap menyeberangi benua menuju New York Amerika Serikat.

Namun, pesawat itu tak pernah sampai ke tujuan. Kurang dari 40 menit setelah mengudara, Boeing 747-121 meledak di langit Lockerbie, Skotlandia. Di ketinggian 9.144 meter.

Semua yang ada di pesawat, 259 penumpang dan awak, tewas. Puing-puing yang terbakar menghujani daratan dan menyudahi nyawa 11 orang.Total 270 orang tewas.

Detail kecelakaan belum terang kala itu, namun laporan menyebut, pesawat nahas itu meledak dan jatuh di wilayah pemukiman, menimpa sejumlah rumah dan mobil.

"Ledakannya sungguh luar biasa, tak bisa dideskripsikan dengan kata-kata," kata seorang saksi mata kepada BBC.

"Tak mungkin mendekati kota itu saat ini. Namun, saat kejadian, terjadi ledakan dahsyat, langit berubah merah. Diikuti hujan api."

Warga di sebagian kota dievakuasi. Gedung-gedung pertemuan dan aula mendadak jadi tempat pengungsian.

Tim penyelidik internasional, termasuk FBI, menyisir lokasi kejadian jatuhnya pesawat, berlutut dan menggunakan tangan, untuk mencari petunjuk di antara helai rerumputan. Mereka menemukan ribuan serpihan bukti.

Para penyelidik juga disebar ke seluruh dunia, meminta keterangan 10 ribu orang di puluhan negara.

"Akhirnya tim ahli forensik dari FBI, CIA, dan lainnya menemukan, salah satu fragmen -- yang ukurannya tak lebih besar dari jempol manusia -- ternyata adalah papan sirkuit listrik dari sebuah alat pemutar kaset atau radio," demikian Liputan6.com kutip dari situs FBI.

Meski ukurannya kecil, itu adalah petunjuk penting yang menguak bahwa bom penyebab pesawat meledak ditempatkan di dalam radio tape yang disimpan di sebuah tas.

"Fragmen kecil lainnya ditemukan menempel di serpihan kaus membantu mengidentifikasi jenis timer yang digunakan."

Mengarah ke Libya

Semua petunjuk mengarah ke operasi intelijen Libya. Pada 31 Januari 2001, Abdel Basset Ali Al-Megrahi dinyatakan bersalah. Ia divonis hukuman penjara seumur hidup atas perannya memasang bom di pesawat itu.

Namun, pada tahun 2009, Al-Megrahi akhirnya dibebaskan dari penjara di Skotlandia atas pertimbangan kemanusiaan. Ia menderita kanker. Saat pulang ke Libya, ia sempat bertemu dengan penguasa kala itu Moammar Khadafi yang memberinya sebuah pelukan hangat.

Sempat bertahan 3 tahun, Al-Megrahi akhirnya meninggal dunia di rumahnya di Tripoli pada 20 Mei 2012 pada usia 60 tahun.

Kematian Al-Megrahi meninggalkan misteri: siapa sebenarnya dalang di balik "Tragedi Lockerbie."

Seperti Liputan6.com kutip dari Al Jazeera, mantan menteri kehakiman Libya sebelumnya buka suara pada harian Swedia,  Expressen. Ia mengaku, Khadafi adalah otak di balik pemboman Lockerbie.

"Aku punya bukti bahwa Khadafi lah yang memberi perintah," kata Mustafa Abdel-Jalil pada tahun 2011.

Sebelumnya, Khadafi menyatakan, negaranya menerima pertanggungjawaban atas insiden Lockerbie, dengan memberikan kompensasi miliaran dolar pada keluarga korban -- yang membuat hubungan Libya dengan Barat membaik dan membuat PBB serta AS menghapus sanksi atas negara itu. Namun, sang dikator tak pernah mengaku terlibat dalam tragedi itu.

"Untuk menyembunyikan fakta itu, Khadafi berusaha, dengan menggunakan kekuasaannya, untuk membawa pulang Al-Megrahi dari Skotlandia."

Selain tragedi Lockerbie, tanggal 21 Desember juga diwarnai sejumlah peristiwa. Pada 1994, Gunung  Popocatepetl di Meksiko menyemburkan asap dan abu, setelah lebih dari 50 tahun 'tidur'.

Sementara pada 2004, serangan bom bunuh diri terjadi di pangkalan militer dekat lapangan udara di Mosul, Irak.

Sebanyak 22 orang tewas. Insiden itu adalah serangan bunuh diri paling mematikan dengan sasaran para prajurit dari Negeri Paman Sam selama Perang Irak. (Ein/Riz) Â