Sukses

Ada Ancaman Boko Haram, Warga Nigeria Dilarang Pergi Selama Natal

Warga Nigeria dilarang bepergian melalui jalur darat di Provinsi Borno selama Natal.

Liputan6.com, Borno, Nigeria - Kelompok garis keras Boko Haram kembali meneror warga Nigeria. Terkait itu, pihak militer Nigeria melarang warga Nigeria bepergian melalui jalur darat di wilayah Provinsi Borno. Terutama selama malam Natal dan sehari setelah Natal.

"Kelompok militan Boko Haram berencana meluncurkan serangan besar-besaran selama periode Natal di Borno, terutama di ibukota Borno, Maiduguri," beber juru bicara militer Nigeria, Kolonel Sani Usman, seperti Liputan6.com kutip dari BBC, Kamis (25/12/2014).

Dilaporkan, adanya larangan tersebut membuat ribuan orang bergegas melakukan perjalanan lebih awal di provinsi tersebut.

Sebelumnya, otoritas Provinsi Yobe -- yang berdekatan dengan Provinsi Borno -- melarang warga berkendaraan memasuki atau meninggalkan wilayah itu.

Apalagi selama ini kelompok militan Boko Haram kerap menjadikan gereja sebagai sasaran serangan.

Serangan Boko Haram ke Gereja

Pada Natal 2011, misalnya. Kelompok tersebut mengebom Gereja Katolik St Theresa di Madalla, dekat ibukota, Abuja, sehingga menewaskan paling tidak 43 orang. Sementara pada Malam Natal 2010, 32 orang tewas dalam ledakan bom di salah satu gereja di negara bagian negara itu.

Kelompok Boko Haram pun kerap melakukan serangan di Provinsi Borno, Yobe dan Adamawa. Pemerintah Nigeria pun memberlakukan status Keadaan Darurat di wilayah itu sejak tahun lalu.

Namun, kelompok radikal itu terus meningkatkan serangan, memperluas wilayah kekuasaannya di Borno, serta menangkap ratusan orang termasuk perempuan dan anak-anak, dalam penggerebekan di kota dan desa.

Boko Haram menggelar aksi kekerasan di Nigeria sejak 2009 untuk mendirikan negara Islam. Pada tahun ini, sekitar 2.000 warga telah tewas akibat aksi kekerasan yang dilancar kelompok tersebut.

Bahkan, penculikan terhadap lebih dari 200 siswi sekolah menengah oleh militan Boko Haram pada April 2014, telah menuai kemarahan dunia internasional. (Ans)