Liputan6.com, Damaskus - Pesawat Yordania yang menjadi bagian alat tempur koalisi Amerika Serikat (AS) mengalami kecelakaan dan jatuh di Suriah pada Rabu 24 Desember kemarin. Pihak Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) menyatakan pihaknya telah menembak pesawat tersebut dan menangkap pilotnya, Moaz Youssef al-Kasasbeh.
Namun menurut Komando Pusat AS di Timur Tengah (Centcom), pesawat Yordania celaka bukan karena ditembak ISIS. Namun tak dijelaskan apa penyebab sebenarnya, mengapa burung besi itu jatuh.
"Bukti yang sangat jelas kami lihat, bahwa ISIS tidak ditembak kelompok teroris itu," demikian pernyataan Centcom, seperti dimuat BBC, Kamis (25/12/2014).
"Kami sangat mengecam tindakan ISIS yang menawan si pilot. Juru kemudian pesawat itu merupakan kawan kami, dan telah bekerja dengan baik," imbuh Pusat Komando AS.
Amerika sebelumnya telah meluncurkan beberapa pesawat untuk jet tempur Yordania tersebut. Namun kemudian, si pilot sudah terlebih dahulu ditangkap ISIS.
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon menyampaikan keprihatinannya atas penangkapan terhadap pilot al-Kasasbeh. Dia berharap tak akan terjadi apa-apa pada juru kemudi pesawat.
Yusuf al-Kassasbeh, ayah sang pilot, juga berharap ISIS segera membebaskan anaknya. "Semoga ia dalam lindungan Tuhan," ujar dia, seperti dikutip dari Al-Arabiya.
Sebelumnya sejumlah warga asing dieksekusi mati oleh, di antaranya wartawan berdarah AS-Israel Steven Sotloff, pekerja kemanusiaan dari Inggris Alan Henning, pekerja sosial AS Peter Kassig.
Yordania menjadi salah satu negara yang bergabung dengan koalisi Amerika Serikat untuk menggempur ISIS di Irak dan Suriah, selain Arab Saudi, Inggris, Prancis, dan Australia.
Jet tempur koalisi AS selama ini telah melancarkan serangkaian serangan udara di sejumlah lokasi kekuasaan ISIS. Sejauh ini, pasukan gabungan tersebut sudah melakukan 7 kali penyerbuan secara intensif ke markas ISIS.
Badan Observatorium Pemantau HAM di Suriah melaporkan ada lebih dari 1.000 anggota ISIS di Suriah yang tewas akibat gempuran tersebut. (Riz/Mut)